111 tahun, Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi cahaya yang menerangi peradaban bangsa Indonesia

Bantul, suarapasar.com : Memasuki usia ke – 111 tahun, Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi cahaya yang menerangi peradaban bangsa Indonesia. Harapan ini bukan tanpa alasan, karena Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang memiliki tujuan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi bangsa, tanpa memandang sekat.

 

Wagub DIY KGPAA Paku Alam menyampaikan harapan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pada resepsi Milad Muhammadiyah ke – 111, di Sportorium UMY, Bantul, Sabtu (18/11/2023).

 

Meskipun berhalangan hadir secara langsung dan mewakilkannya pada Sri Paduka, namun Gubernur DIY ini tidak ingin kehilangan momen memberikan apresiasi atas kiprah Muhammadiyah, sebagai pelopor organisasi Islam tertua di Indonesia, yang masih terus aktif memberikan pengabdian.

 

“Kiprah Muhammadiyah ini selaras dengan doa yang terucap oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan yaitu, aku berdoa, berkah dan keridhaan serta limpahan rahmat karunia Ilahi, agar Muhammadiyah tetap maju, dan bisa memberi manfaat bagi seluruh umat manusia sepanjang sejarah, dari zaman ke zaman,” katanya.

 

Mengusung semangat tema Ikhtiar Menyelamatkan Semesta, disamapaikan bahwa, Muhammadiyah relevan dalam menjaga alam semesta untuk mengenali keberadaan Tuhan. Diikuti oleh adanya manusia yang bersaksi bahwa Tuhan pasti ada. Hal ini menegaskan bahwa tidak ada satu titik pun tempat di alam semesta ini, di mana perwujudan-Nya tidak termanifestasi.

 

Manusia adalah pusat manifestasi Tuhan di alam semesta. Manusia harus mengejar pengetahuan tentang makna kehidupan. Sehingga mereka  tahu hakekat hidup yang diamanatkan kepadanya oleh Tuhan.

 

“Dari khazanah Jawadhipa, tujuan hidup manusia adalah selamat dunia akhirat bersatu kepada-Nya. Selamat, adalah tujuan utama manusia, meski dalam perjalanannya mungkin ada tujuan lain atau tujuan yang lebih tinggi dari itu,” tambahnya.

 

Manusia ksatria adalah yang mencintai Tuhan, tidak berharap dan bergantung kepada sesama makhluk dan tidak pula menyembahnya. Manusia ksatria tidak  berbuat baik karena riya’. Sebab, ada ibadah manusia yang hanya atas dasar keinginan, dan bukan atas dasar kewajiban, yang seharusnya dilakukan dengan penuh keikhlasan.

 

“Walau di sekitarnya suasana sudah seperti neraka, namun manusia kesatria tidak akan berbuat jahat dan keji kepada makhluk ciptaan-Nya. Apalagi kepada sesama manusia yang tidak bersalah. Kepada mereka yang bersalah, hukum akan ditegakkan dengan dasar ketuhanan, kemanusiaan dan keadilan,” lanjutnya.

 

Sri Sultan yakin insan Muhammadiyah mampu mewujudkan diri menjadi insan ksatria. Bukan tanpa alasan, hal ini didasari oleh sejarah berdirinya Muhammadiyah yang memang bertujuan menjadi penerang peradaban. Sesuai dengan tujuan KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah ratusan tahun silam.

 

“Rasa cinta yang sempurna dari manusia kepada Tuhan harus diperluas lagi, meliputi seluruh umat manusia dan seluruh makhluk hidup yang ada di alam semesta. Jika itu dilakukan maka terwujud rasa cinta yang berdasar pada kemanusiaan yang universal, transenden, dan isoteris,” terangnya.

 

Selain itu, manusia kesatria memberikan keteladanan utama dengan cinta. Karena cinta bisa mempersatukan manusia di dunia tanpa saling membedakan. Manusia pun bisa saling menghargai dan mengasihi sehingga menumbuhkan persaudaraan yang bersifat kecintaan, kesetaraan, dan keadilan.

 

“Sesungguhnya, semua manusia adalah saudara bagi sesamanya, dan cinta adalah perajutnya. Energi cinta adalah sumber utama kebajikan manusia,” tutupnya.

 

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, Muhammadiyah adalah pelopor kemajuan masyarakat.  Muhammadiyah menumbuhkan perubahan kemajuan bagi masyarakat. Gerakan ini berupaya menyebar kebaikan bagi seluruh bangsa, tanpa mengenal batas agama, suku, ras, golongan dan lainnya.

 

Muhammadiyah menurut Haedar memiliki andil besar dalam mencerdaskan bangsa dan membawa berbagai perubahan. Bahkan gerakan Aisyiah yang notabene gerakan wanita Muhammadiyah juga menjadi pelopor berdirinya perguruan tinggi yang didirikan oleh gerakan perempuan.

 

“Jaringan dan pengabdian Muhammadiyah begitu luas. Tidak adil manakala kehadiran Muhammadiyah hanya diukur dengan jumlah anggota dan lumbung suara politik saja,” tegas Haedar.

 

Muhammadiyah dapat menempati posisi sebagai kekuatan strategis bangsa. Hal ini diwujudkan melalui kontribusi yang signifikan dalam usaha membebaskan, memberdayakan, mencerdaskan, mensejahterakan, mencerahkan, dan memajukan kehidupan bangsa melalui lembaga pendidikannya.

 

“Milad ke – 111 ini adalah momentum untuk bersyukur sekaligus bermuhasabah dan menggelar amaliah yang lebih lagi. Muhammadiyah bersama seluruh institusinya terus bergerak mentransformasikan diri. Mari menjadi komunitas yang religius, cerdas, berilmu, dan berdaya dalam berbagai aspek, serta menjadi insan yang mau saling berbagi dan peduli,” tutup Haedar.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *