Sebagian Wilayah DIY Status AWAS Kekeringan, Stasiun Klimatologi Yogyakarta Ingatkan Potensi Kebakaran Lahan
Yogyakarta suarapasar.com ; BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta mengeluarkan peringatan dini Status Awas kekeringan di DIY.
Kepala Stasiun Klimatologi D.I Yogyakarta, Reni Kraningtyas mengatakan kekeringan meteorologis yakni berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya, dalam jangka waktu yang panjang dengan kurun waktu bulanan, dua bulanan dan seterusnya.
Status AWAS kekeringan telah mengalami hari tanpa hujan selama 61 hari di sebagian Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo dan Sleman.
“Berdasarkan hasil pemantauan curah hujan hingga tanggal 20 September 2023, telah terjadi potensi kekeringan meteorologis dengan Status AWAS yaitu telah mengalami hari tanpa hujan >61 hari dan prakiraan curah hujan rendah <20 mm/dasarian dengan peluang terjadi diatas 70%.). Diantaranya Kab. Bantul (Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pundong, Sedayu, Sewon); Kab. Gunungkidul (Gedangsari, Girisubo, Karangmojo, Ngawen, Playen, Ponjong, Tepus, Wonosari); Kab. Kulonprogo (Girimulyo), Kab. Sleman (. Berbah, Cangkringan, Depok, Gamping, Kalasan, Ngemplak, Pakem, Sleman, Turi),” terangnya.
Status SIAGA yaitu telah mengalami hari tanpa hujan >31 hari dan prakiraan curah hujan rendah <20 mm/dasarian dengan peluang terjadi diatas 70%.
“Di Kab. Bantul (Bambanglipuro, Kretek, Pandak, Piyungan); Kab. Gunungkidul (Nglipar, Paliyan, Panggang, Patuk, Rongkop, Semin, Tanjungsari); Kab. Kulon Progo (Galur, Kalibawang, Kokap, Lendah, Nanggulan, Panjatan, Samigaluh, Sentolo, Wates), Kab. Sleman (Minggir, Moyudan, Prambanan, Seyegan),” lanjutnya.
Menyikapi kondisi yang ada, Reni mengimbau masyarakat serta pemerintah daerah setempat yang berada dalam wilayah peringatan dini untuk mengantisipasi dampak kekeringan meteorologis ini termasuk adanya potensi kebakaran hutan dan lahan.
” Dampaknya yaitu sektor pertanian dengan sistem tadah hujan, Pengurangan ketersediaan air tanah (kelangkaan air bersih), Peningkatan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Ini harus diwaspadai. Harus disikapi dengan bijak,” pungkasnya.