Sosialisasi Makna dan Dampak Penetapan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Dunia Dunia Harus Menyeluruh dan Tepat Sasaran
Yogyakarta : Penetapan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Dunia Dunia oleh UNESCO bukanlah titik akhir, namun justru merupakan titik awal.
Budayawan Ki Tulus Widodo berpendapat penetapan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Dunia merupakan titik awal tindak lanjut seperti sosialisasi kepada masyarakat tidak terkecuali bagi generasi muda supaya mengetahui dan menghayati.
Selain itu ada pula dampak lain dari penetapan, dimana dimungkinkan Pemda DIY akan melakukan penataan dan membangun sesuatu di jalur Sangkan Paraning Dumadi tersebut.
“ Saya kira warga DIY religius, kita tahu kehidupan ini tidak hanya di dunia tetapi juga kehidupan di akhirat. Dengan mengetahui hal semacam itu, akan mendorong masyarakat untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan tuntunan religi atau agamanya masing-masing. Sehingga perlu sosialisasi kepada masyarakat dan generasi muda. Syukur ada materi filosofi yang sangat penting bagi kehidupan bisa diajarkan di sekolah,” tutur Tulus Widodo dalam diskusi virtual dengan tema Sumbu Filosofi Antarkan Masyarakat DIY Lebih Sejahtera dan Berbudaya, baru-baru ini.
Menurut Tulus, Filosofi Sangkan Paraning Dumadi merupakan ilmu yang sangat dalam dan bisa diimplementasikan, hanya tinggal cara penyampaiannya harus menyesuaikan target yang dibidik.
Sosialisasi juga harus dilakukan secara menyeluruh di semua lapisan masyarakat agar masyarakat bisa menerima sebaik-baiknya.
” Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwono I membangun keraton tidak asal membangun, tetapi ada filosofi yang sangat mendalam yaitu Sangkan Paraning Dumadi. Bahkan ditandai dengan bangunan paling selatan adalah Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta di tengah dan Tugu Pal Putih di utara,” terangnya.