Terbengkelai Sejak Dikosongkan 2019 Lalu, Taman Kota di Bekas Pasar Burung Gawok Belum Juga Dibangun
Kulon Progo, suarapasar.com : Kawasan Bekas Pasar Burung Gawok Wates yang berada di belakang terminal Wates kondisinya kini memprihatinkan.
Setelah ditinggalkan para pedagangnya karena harus pindah ke kompleks pasar hewan terpadu Pengasih, pada Jumat (29/11/2019) lalu , kawasan bekas pasar gurung gawok itu kini terbengkelai.
Dilihat dari atas pagar seng yang menutupi kawasan bekas pasar gawok ini, tampak sejumlah atap los rusak lapuk. Namun bangunan Los dan kios yang ada di dalam kawasan ini terlihat masih bagus. Tulisan kode Los juga masih terlihat jelas yakni L.IB dan L.IA.
Dari atas pagar atau pun dari lubang pada pagar seng juga terlihat kondisi di dalam Pasar Burung Gawok yang banyak ditumbuhi rumput dan tanaman liar serta sampah kayu berserakan di lantai LOS. Sebagian lantai LOS juga ada yang rusak.
Pebecak di depan ex pasar Burung Gawok atau di belakang terminal Wates, Sugiman warga Kriyanan, Wates, Kulon Progo mengeluhkan mangkraknya kawasan eks pasar burung Gawok ini.
Sugiman mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam memanfaatkan lahan bekas kawasan pasar burung untuk dijadikan ruang terbuka hijau yang tak kunjung dilaksanakan.
Ia menyesalkan kenapa pemerintah terburu-buru memindahkan para pedagang di kawasan eks pasar burung gawok termasuk pedagang kulinernya , jika kemudian setelah kosong juga tidak segera dibangun.
Pebecak di depan ex pasar Burung Gawok atau di belakang terminal Wates, Sugiman warga Kriyanan, Wates, Kulon Progo mengeluhkan mangkraknya kawasan eks pasar burung Gawok ini.
Sugiman mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam memanfaatkan lahan bekas kawasan pasar burung untuk dijadikan ruang terbuka hijau yang tak kunjung dilaksanakan.
Ia menyesalkan kenapa pemerintah terburu-buru memindahkan para pedagang di kawasan eks pasar burung gawok termasuk pedagang kulinernya , jika kemudian setelah kosong juga tidak segera dibangun.
“Dulu kan selain pasar burung juga ada yang jual nasi rames, sate, mie ayam, soto, es, bakmi dan banyak lah, terus disuruh pindah semua. Terus sudah pindah semua, sini kosong, sebagian ada yang ikut ke Pasar Hewan baru di Pengasih, ada yang nyari tempat lain,ada yang di Beji. Disana juga sepi tidak seperti disini yang startegis tempatnya. Lah kalau sudah kosong beberapa tahun ini kok terus tidak dibangun-bangun, kan sayang, kalau belum mau dibangun kenapa dulu tidak dibiarkan saja yang kuliner masih boleh jualan disini saja, karena ramai kalau disini. Ada sopir-sopir bus, terus jalur ramai juga. Kan sayang, kecewa lah sudah pindah, disini cuma jadi kayak gini,” katanya, Kamis, (5/10/2023).
Sugiman berharap pemerintah segera membangun taman kota yang direncanakan agar suasana kembali ramai, meski fungsinya berbeda. Jika bangunan taman kota sudah ada, tentu para pedagang yang sudah pindah tidak akan merasa sia-sia meninggalkan pasar gawok karena bisa melihat hasilnya. Tidak seperti sekarang yang terlihat kumuh, padahal berada di kawasan strategis dekat Teminal Wates, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Pendidikan, dan Gedung Kesenian Wates.
“Ya kalau sudah kosong begini, ngapain lama-lama gak dibangun. Kalau sudah dibangun taman kan bisa ramai lagi, gak terlihat sia-sia begitu . Kalau orang ramai kan orang yang mau mbecak , atau jajan juga kan ya ada lagi. Segera sajalah yang bakul-bakul sudah pindah kok malah didiamkan saja, sayang sekali, eman-eman, masih bagus juga bangunannya aslinya,” katanya.
Kekecewaan yang sama juga disampaikan, Sonem, eks Pedagang sate di pasar burung gawok. Sonem yang turut pindah mengosongkan pasar Gawok pada 2019 memilih pindah ke Beji Wates menyewa ruko di pertigaan sebelah barat RSUD Wates dan tidak ikut pindah ke Pasar Pengasih karena terlalu jauh.
“Ya harusnya kalau belum mau dibangun ya kenapa disuruh pindah buru-buru. Kan bisa jualan disana dulu lumayan masih laris, daripada disana juga kosong hanya jadi rusak tidak ada gunanya. Jualan disana itu karena ramai ya di belakang terminal, jalurnya strategis, dulu bisa jualan 4 kg daging per hari itu habis, sekarang sehari sekilo saja susah,sayang saja kenapa sudah pindah , sudah korban usaha gak seramai dulu, pasar yang ditinggalkan juga cuma terbengkelai, sedih,” tuturnya.
Aktivitas pedagang pasar burung di Gawok, Wates, dipindahkan ke kompleks pasar hewan terpadu Pengasih, Jumat (29/11/2019). Kala itu, ada 69 orang pedagang burung, 172 pedagang klitikan, 72 orang pedagang ayam, dan 9 orang pedagang rumput yang dipindahkan.
Kala itu, pemerintah menyebut pemindahan pasar burung Gawok ini merupakan upaya penataan kota Wates dan hadirnya program strategis pembangunan pasar hewan terpadu dalam rangka peningkatan perekonomian dan pengentasan kemiskinan.
Penataan wilayah perkotaan menjadi kebutuhan di tengah perkembangan pembangunan daerah dengan hadirnya Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), pelabuhan Tanjung Adikarta, program Bedah Menoreh, hingga rencana pengembangan Kota Wates Baru.
Menurut rencana, lokasi lama pasar burung itu akan dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau untuk menciptakan area perkotaan Wates yang lebih baik.
Kepala Bappeda Kulon Progo, Aris Nugroho mengatakan pemindahan pedaganh pasar Gawok ke pasar terpadu Pengasih dilakukan pada tahun 2019. Kala itu ia menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo.
Belum dibangunnya taman terbuka hijau di kawasan bekas pasar Gawok dikarenakan keterbatasan anggaran.
“Anggarannya terbatas sekali, tidak masuk prioritas, sekarang baru taman yang dekat perlintasan Kereta api barat stasiun wates. Nanti diteruskan ke arah barat arah rumah sakit. Arahnya kesana dulu tamannya. Yang ini belum tau kapan, 2024 pun kayaknya belum,” kata Aris, kepada radio suara pasar, di kawasan pasar Gawok, Wates, Selasa, (3/10/2023). (wur/drw)