Berkat Dana Pokir DPRD, Rumah Sastro Sadam Kini Cantik Berwarna Pare Anom

Berkat Dana Pokir DPRD, Rumah Sastro Sadam Kini Cantik Berwarna Pare Anom

Kulon Progo , Suarapasar.com : Ada pemandangan berbeda setelah kita masuki gang RT 3 RW 2 Padukuhan Punukan Kelurahan Wates , Kapanewon Wates, Kulon Progo. Tampak rumah bergaya Yogyakarta, omah kampung dengan warna cat pareanom.

Ya, Rumah Sastro Sadam Kartosuwito, petani dan juga pensiunan petugas kebersihan RSUD Wates itu kini tidak lagi reot dan terancam ambruk. Namun, sudah terlihat kokoh dan cantik dengan pintu dan jendela berwarna pare anom. Warna hijau dan kuning khas Yogyakarta.

 

Sastro Sadam berdiri di depan rumah layak huni Arsitektur Khas Yogyakarta miliknya di wilayah Punukan, Wates, Selasa (10/10/2023)

Arsitektur rumahnya terlihat mencolok diantara rumah-rumah lain di Kawasan RT 3, RW 2 , Padukuhan Punukan, Kelurahan Wates, Kapanewon Wates, Kulon Progo ini.

“Ini rumah bentuknya khas Yogyakarta. Rumah kampung. Catnya khas pare anom, hijau dan kuning,” kata Sumpeno, anak Sastro Sadam, Selasa, (10/10/2023).

 

Sastro Sadam berdiri di depan jendela rumah layak huni Arsitektur Khas Yogyakarta miliknya di wilayah Punukan, Wates, Selasa (10/10/2023)

Sastro Sadam Kartosuwito (77) menceritakan rumah layak huni berarsitektur gaya Yogyakarta ini menggantikan rumah lamanya yang sudah turun pondasinya sehingga rumahnya hampir roboh. Pembangunan rumah dimulai sejak Februari lalu, diawali membuat pondasi. Setelah itu di bulan Mei mulai dilanjutkan pembangunan tiang, dinding dan pemasangan atap.

“Setelah pondasi siap itu bangunnya cepat hanya 17 harian selesai. Dananya itu bantuan senilai 50 juta, 45 juta untuk material , 5 jutanya untuk kebutuhan kerja bakti. Karena mbangunnya kerja bakti warga,” terang Sastro Sadam.saat ditemui di rumahnya, Selasa, (10/10/2023).

 

Rumah bergaya khas Yogyakarta ini berukuran 8×6 meter, memiliki 1 ruang tamu, 2 kamar tidur dan kamar mandi, sedikit ruang kosong di bagian belakang.

“Senang sekali ini rumah sudah kuat, kokoh, tidak kawatir roboh. Bentuknya juga kayak rumah jaman dulu. Sederhana tapi indah. Pintu, jendelanya warnanya juga bagus,” tambahnya.

 

Sastro Sadam mengakui masih ada beberapa kekurangan untuk rumahnya karena keterbatasan dana yang ada. Seperti pengecatan dinding baru di bagian depan, sedangkan bagian dalam belum di cat. Begitu pula untuk lantai masih lantai semen yang kasar.

“Besok kalau ada dana sedikit-sedikit kita lanjutkan lagi, yang penting sekarang sudah bisa ditempati, dari depan juga sudah bagus kelihatannya,” katanya.

Omah kampung menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur tradisional Jawa, sebenarnya berasal dari kata kapung /katepung yang artinya adalah dihubungkan. Jadi untuk mempermudah pendirian rumah maka cukup menghubungkan dua bidang atap dan meniadakan kelengkapan kayu lainnya

Jika dilihat mengacu Pergub DIY No. 40 Th. 2014 tentang Panduan Arsitektur Bangunan baru Bernuansa Budaya Daerah rumah Sastro Sadam Kartosuwito ini merupakan variasi Pacul gowang. Yakni atap penanggap (atap di tingkat ke 2 dari  atas) hanya ada di salah satu sisi memanjang saja.

Tokoh Masyarakat Punukan, Paulo Ngadi Cahyono menjelaskan pembangunan rumah layak huni arsitektur khas yogyakarta ini berdasar usulan kelurahan, kemudian dilakukan survey dan monitoring. Rumah ini dibangun menggunakan hibah dana aspirasi pokok pikiran anggota DPRD DIY dapil Kulon Progo, Novida Kartika Hadi.

“Harapannya akan memberikan nilai-nilai budaya sehingga Rumah Arsitektur Tradisional Jawa yang sudah hampir punah bisa kembali di nikmati dan tentunya bermanfaat bagi warga Penerima Bantuan,” katanya. (wur/drw)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *