Pemkot Yogya Gandeng Swasta Kelola Sampah, Sistem Pembakaran Tanpa Asap, Abu Di Bawah 3 Persen
Yogyakarta, suarapasar.com : Pemerintah Kota Yogyakarta berkolaborasi dengan pihak swasta untuk mengelola sampah yang dihasilkan di Kota Yogyakarta.
Penandatanganan kesepakatan bersama tentang penyiapan kerja sama pengelolaan sampah Kota Yogyakarta dari Pemkot Yogyakarta dilakukan oleh Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo. Sedangkan dari pihak swasta ditandatangani oleh Direktur Utama PT Biru Sistem Perkasa, Cendra Perkasa.
Direktur Utama PT Biru Sistem Perkasa, Cendra Perkasa menjelaskan teknologi yang ditawarkan kepada Pemkot Yogyakarta adalah teknologi pengelolaan sampah yang mengedepankan high teknologi, smoke less dan juga green.
“Bahan bakar utama dari alat yang akan kita bangun secara umum adalah air. Jadi memang efeknya tidak menghasilkan asap sehingga ramah lingkungan,” papar Cendra usai penandatangan kesepakatan bersama terkait pengelolaan sampah di Balai Kota Yogyakarta, Selasa (17/10/2023).
Sarana teknologi yang digunakan bisa mengelola semua jenis sampah yakni organik, anorganik dan sampah residu. Metodenya sampah dibakar menggunakan alat insinerator dengan suhu berkisar 1.250-1.500 derajat celsius. Beberapa partikel seperti batu, kaca dan besi tidak bisa terbakar sehingga perlu ada pemisahan. Hasil pembakaran dibersihkan menggunakan H2O atau air, sehingga pihaknya mengklaim tidak ada asap, warna dan bau.
“Output dari hasil pembakaran ini adalah abu. Angkanya di bawah tiga persen. Jadi memang sangat kecil dan minim karena teknologi pembakaran yang sempurna,” ucapnya.
Penjabat Walikota Yogyakarta, Singgih Raharja menyebut penandatangan kesepakatan bersama dengan pihak swasta dalam mengelola sampah itu akan membuka sebuah rencana baru pengelolaan sampah. Terutama selain yang dilakukan Pemkot Yogyakarta seperti gerakan mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja (Mbah Dirjo) serta peningkatan kapasitas TPS 3R di Nitikan dan Karangmiri.
Pemkot Yogyakarta bekerja sama dengan PT Biru Sistem Perkasa karena teknologi yang digunakan dalam pengolahan sampah itu ramah lingkungan. Diperkirakan operasional kerja sama pengelolaan sampah pada awal tahun 2024.
“Yang kita rencanakan untuk kerja sama itu 60 ton per hari. Tapi dimungkinkan bisa lebih dari itu. Kita melihat dari sisi teknologinya, hi-tech, kemudian juga ramah lingkungan. Saya kira itu menjadi hal yang menarik karena pembangunan di Yogyakarta harus selaras berkelanjutan dan tidak menimbulkan pencemaran. Jadi ini kehati-hatian kita,” terang Singgih.