Resmi Dilantik, Penggemar Filateli Indonesia (PFI) Daerah Istimewa Yogyakarta Komitmen Masukkan Kegiatan Filateli Ke Pendidikan

Resmi Dilantik, Penggemar Filateli Indonesia (PFI) Daerah Istimewa Yogyakarta Komitmen Masukkan Kegiatan Filateli Ke Pendidikan

Yogyakarta, suarapasar.com : Kolektor perangko dan benda pos lainnya (filatelis) tergabung dalam Persatuan Penggemar Filateli Indonesia (PFI) terus berupaya menghadirkan kembali kegemaran filateli di Indonesia.

Upaya menghadirkan kembali kegemaran filateli terus digaungkan Ketua Umum PFI, Fadli Zon dengan membentuk cabang-cabang baru di sejumlah provinsi untuk memperluas organisasi PFI.

Hal itu disampaikan Dewan Pengawas PP PFI Woro Indah Widiastuti, saat pelantikan jajaran pengurus Persatuan Penggemar Filateli Indonesia (PFI) Daerah Istimewa Yogyakarta masa bakti 2024-2029 pada Selasa (15/10/2024).

Woro menyampaikan pada eranya, filateli memainkan peran penting bagi pendidikan karakter bangsa. Sedangkan di era digital ini yang dulunya surat menyurat dilakukan dalam bentuk fisik, kini sudah berbentuk digital. Hal ini menjadi tantangan baru bagi pengurus PFI yang baru untuk dapat memadukan tradisional dan inovasi baru.

“Orang berkirim surat itu sudah tidak dilakukan, mungkin di generasi muda sudah turun. Ini menjadikan suatu tantangan besar. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini PFI tengah mengarahkan kegiatannya untuk melahirkan generasi-generasi filantelis muda yang berprestasi di tingkat dunia,” kata Woro.

Woro mengungkapkan, PT Pos Indonesia telah meluncurkan prangko digital, sehingga menjadi tantangan pula, dalam mengoleksi prangko digital seperti mengoleksi prangko fisik, seperti yang dilakukan di belahan dunia lain dalam mengoleksi prangko digital.

“Memang teknologi tidak bisa lepas dari filanteli, banyak sekali sekarang kolektor-kolektor melakukan lelang itu melalui elektronik, juga teknologi mengidentifikasi keaslian sudah dilakukan,” ujar Woro.

Ketua PFI DIY Wing Wahyu Winarno menyampaikan PFI DIY berkomitmen menjadikan filateli sebagai bagian pendidikan bagi generasi muda.

“Mungkin saat ini tidak pernah melihat kartu iuran bayar TV, dan di tangan filatelis itu ada. Jadi filateli ini tidak hanya mengumpulkan prangko akan tetapi semua dokumen penting,” kata Wing.

Wing mengungkapkan, ramai diperbincangkan mengenai pentingnya data kerap terabaikan, padahal data masa lalu menjadi bagian penting dalam mengambil sebuah kebijakan baik pemerintah maupun swasta.

“Oleh karena itu, kami sudah akan berusaha ini salah satunya adalah memasukkan kegiatan filateli ini dalam pendidikan. Ini sangat bagus sekali karena anak-anak diajari telaten, baik mencari, mengumpulkan, menyimpan, merawat, dan nanti menyajikan kepada orang,” ujar Wing.

Wing menyebutkan, melalui kegiatan filateli yang masuk dalam pendidikan inipun nantinya anak-anak bisa ikut dalam sebuah pameran. Seperti dokumen sejarah Indonesia, prangko yang tersusun dalam sebuah lembaran minimal untuk anak SMA sebanyak 48-60 halaman.

“Misal Presiden Indonesia, nanti para filatelis ini harus belajar, Presiden pertama dulu siapa, kegiatannya bagaimana, lalu mungkin ada prangkonya, mungkin ada surat yang pernah beliau kirim dalam amplopnya itu nilainya tinggi,” kata Wing.

Sementara itu, Dewan Pengarah PFI DIY GKBRAA Paku Alam mengapresiasi kepengurusan PFI DIY yang didominasi generasi muda. Hal ini membawa semangat positif dalam gerakan filateli bagi generasi muda.

“Tantangan bagi pengurus yang baru di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk semakin mengenalkan filateli, sehingga bisa menggerakkan masyarakat DIY untuk senang dengan filateli,” katanya

GKBRAA Paku Alam menjelaskan anak Pramuka pasti mengenal dan menjadi penggemar filateli. Hal itupun yang juga menjadi kegemarannya menjadi seorang filatelis dari kegiatan kepramukaan.

Ia optimis, dengan kepengurusan PFI DIY ini akan semakin mengumpulkan para penggemar filateli DIY, dan membawa kegiatan positif bagi generasi muda. Apalagi lanjutnya, Yetti Martanti sebagai Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta juga turut serta dalam aktivitas PFI DIY.

“Mungkin nanti tidak hanya Kementerian Kebudayaan yang akan mengampu, tapi juga Kementerian Komunikasi Informatika yang mungkin PT Pos dan berbagai lembaga yang turut mengampu. Bahwa filateli itu, perlu dikasih semangat dengan anggaran yang ada, untuk memaksimalkan kegiatan yang ada,” ucapnya.

GKBRAA Paku Alam mengungkapkan, Kartu Pos di negara Eropa, Asia berada di Jepang dan Tiongkok khususnya Taiwan masih nampak di setiap sudut kota menjajakan Kartu Pos sebagai potret diri, tetapi di Indonesia sudah jarang nampak dan sudut Kota Jogja juga hanya tempat-tempat tertentu, bahkan di kantor Pos sendiri sudah tidak nampak keberadaan Potret Kota melalui Kartu pos.

“Dari kartu Pos ini dimulai dari Jogja dapat merekam situasional ataupun penanda budaya dan apabila dikemudian hari ada perdebatan, Kartu Pos dapat menjadi saksi,” ujarnya.

GKBRAA Paku Alam berharap Penggemar Filateli Indonesia (PFI) Daerah Istimewa Yogyakarta mampu mengulang kembali indahnya filateli.

“Dengan bergandengan tangan untuk memotret kota dan membingkai melalui Kartu Pos dan mengajak untuk menggoreskan tinta diatas kertas Kartu Pos untuk saudara. Ini tentu akan menjadi memori sangat berkesan dikemudian hari,” pungkasnya.

Adapun kepengurusan PFI DIY 2024-2029 yakni, Ketua Wing Wahyu Winarno, Wakil Ketua R.A. Siti Khamaroel Noordjaradjati, Sekretaris Bambang Pamungkas, Bendahara Yoga Surya Perdana.

Sedangkan Bidang Kesekretariatan Clara Deo Kristiandari, Bidang Riset dan Pengembangan RM. Ditra Syahrul Noor Wijayadi dan Ghilman Nafadza Hakim, Bidang Hubungan Masyarakat Nur Arifin dan RM Wurianto Jati Nugroho, Bidang Pembinaan Komunitas Na Sri Rochmawati dan Sekar Kirana Windian.(wds/drw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *