Analisis BMKG, El Nino Bertahan Sampai Februari 2024 Tapi Menuju Lemah

Analisis BMKG, El Nino Bertahan Sampai Februari 2024 Tapi Menuju Lemah

Jakarta, suarapasar.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI memprediksi El Nino diprediksi akan bertahan pada level moderat hingga Desember 2023-Januari-Februari 2024. Di saat bersamaan, Indian Ocean Dipole (IOD) positif diperkirakan akan bertahan hingga akhir tahun 2023.

 

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan hasil monitoring dan analisis yang dilakukan BMKG, grafik indeks anomali suhu muka air laut menunjukkan, sejak bulan Maret, April, dan Mei 2023, telah terjadi El Nino lemah.

 

Intensitasnya terus menguat hingga menukik di bulan Agustus ke level moderat. Level ini diprediksi akan stabil moderat sampai bulan Desember 2023. Awal musim hujan 2023/2024 umumnya diprakirakan pada bulan Oktober-Desember 2023, puncak musim hujan 2023/2024 umumnya diprakirakan pada bulan Januari-Februari 2024.

 

“Dan, diprediksi tidak akan naik menuju (El Nino) kuat. Tapi, semakin menurun, yaitu di bulan November-Desember 2023. Masih bertahan El Nino sampai Februari 2024 tapi sudah menuju lemah. Tahun depan, bulan Maret, masih El Nino tapi sudah lemah semakin menuju netral,” terang Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG dalam siaran pers secara daring, Jumat, 8 September 2023.

 

Menurut Dwikorita, melemahnya pengaruh El Nino disebabkan dimulainya musim hujan, yang secara umum diprediksi awalnya sudah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

 

“Sekarang, karena angin timuran atau monsun Australia yang membawa angin dingin tapi kering, ditambah pengaruh dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, menyebabkan pembentukan hujan awan lebih rendah dari biasanya. Ketiga fenomena alam ini saling menguatkan menyebabkan kemarau lebih kering. Nah, Insya Allah, November nanti, angin dari Asia akan masuk dan membawa uap air. Akibatnya, pengaruh El Nino akibat efek dari Samudera Pasifik, ditambah pengaruh dari Samudera Hindia, menjadi lebih rendah. Karena angin dari baratan atau monsun Asia tadi, artinya kalah dengan masuknya musim hujan,” jelas Dwikorita.

 

BMKG mencatat, hingga akhir bulan Agustus 2023, sebanyak 78,5% Zona Musim (ZOM) sudah memasuki musim kemarau. Dan sebagian wilayah di Indonesia, pada akhir Agustus 2023 sudah memasuki musim hujan.

 

“Monsun Asia diprediksi mulai aktif memasuki wilayah Indonesia pada November 2023, namun datang lebih lambat dari biasanya. Awal musim hujan 2023/2024 umumnya diprakirakan pada bulan Oktober-Desember 2023, di sebanyak 477 ZOM (68,2%). Sementara, puncak musim hujan 2023/2024 umumnya diprakirakan pada bulan Januari-Februari 2024, sebanyak 385 ZOM (55,1%),” pungkasnya.(wds,prg)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *