Antisipasi Dampak Erupsi Merapi, BPBD DIY Imbau Warga di KRB 3 dan KRN 2 Waspada

Yogyakarta, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY telah menyiagakan anggotanya sebagai langkah antisipasi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang beberapa hari ini mengalami peningkatan aktivitas. Guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, masyarakat DIY yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) tiga dan dua diimbau untuk terus waspada.

 

“Kami telah menerima laporan terkait peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Dan sampai hari ini untuk wilayah DIY masih dalam kategori aman. Namun kami mengimbau agar masyarakat, utamanya yang berada di KRB tiga dan dua untuk tetap waspada seandainya status Gunung Merapi meningkat,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad seperti dikutip dari rilis Pemda DIY, Senin, (22/1/2024).

 

Jika terjadi peningkatan aktivitas Gunung Merapi yang membahayakan, masyarakat akan diminta melakukan pengungsian ke tempat-tempat yang sudah disiapkan. Untuk sementara ini, kejadian luncuran awan panas Merapi lebih mengarah ke Boyolali-Klaten.

 

“Kami tentu terus siaga, sembari menunggu informasi lanjutan dari BPPTKG DIY terkait kondisi terkini Gunung Merapi. Kami pun sudah memiliki tiga pos acuan, di mana anggota BPBD DIY sendiri berjaga bersama Sarlinmas dan para relawan,” imbuhnya.

 

Sementara itu, melalui media sosialnya BPPTKG DIY pada Senin (22/01) pagi telah menginformasikan Laporan Aktivitas Gunung Merapi dengan periode pengamatan pada 21 Januari 2024 pukul 00.00-24.00 WIB. Berdasarkan pengamatan tersebut, tingkat aktivitas Merapi masih berstatus siaga level tiga, sebagaimana yang sudah ditetapkan sejak 5 November 2020.

 

Pada laporan ini disampaikan, secara visual asap kawah tidak teramati. Namun telah teramati satu kali letusan tinggi kolom dan luncuran tidak teramati. Selain itu, telah terjadi empat kali guguran awan panas ke arah barat daya atau Kali Bebeng dengan estimasi jarak luncur 2.000m.

 

Menurut BPPTKG DIY, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5km, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebang sejauh maksimal 7km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3km dan Sungai Gendol 5km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3km dari puncak gunung.

 

Sementara itu, data pemantauan pun menunjukkan suplai magma masih berlangsung. Hal ini dapat memicu terjadinya guguran awan panas di dalam daerah potensi bahaya. Untuk itu, BPPTKG DIY merekomendasikan masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Masyarakat juga diimbau agar mewaspadai bahaya lahar dan guguran awan panas, terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi. Masyarakat pun diminta agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi.

 

Sebagai informasi, erupsi Gunung Merapi yang terjadi Minggu (21/01) menyebabkan guguran awan panas hingga penyebaran abu vulkanik mencapai radius 30km. Guguran awan panas bahkan terjadi sebanyak empat kali, di mana guguran awan panas pertama dilaporkan terjadi pada pukul 08.25 WIB yang mengarah ke arah barat daya atau Kali Bebeng dengan amplitudo maksimum 62mm dan durasi 191,28 detik.

 

Guguran awan panas berikutnya terjadi pada pukul 13.55 WIB dengan amplitudo maksimum 42mm dan berdurasi 214,40 detik dan masih mengarah ke barat daya atau Kali Bebeng. Yang ketiga terjadi pukul 14.12 WIB selama 239,64 detik ke arah barat daya. Dan guguran awan panas terakhir terjadi pukul 17.19 WIB dengan amplitudo maksimum 70mm dan durasi 150 detik, juga ke arah barat daya

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *