Bangun Kepekaan Kelola Sampah. Puluhan Pelajar Sekolah Islam Terpadu DIY Temui DPRD DIY

Bangun Kepekaan Kelola Sampah. Puluhan Pelajar Sekolah Islam Terpadu DIY Temui DPRD DIY

Yogyakarta, suarapasar.com : Puluhan pelajar dari sejumlah sekolah Islam Terpadu di DIY beraudiensi dengan pimpinan DPRD DIY, Senin, (19/8/2024).

Ketua Bidang Bina Prestasi dan Siswa JSIT Yogyakarta, Fourzia Yunisa Dewi menjelaskan kedatangannya ke DPRD DIY untuk membangun kepekaan terhadap permasalahan yang ada di sekitar, terutama untuk siswa siswi SMP maupun SMA.

“Harapannya ketika kemudian mereka aware peduli menyadari ataupun peka terhadap permasalahan sekitar, mereka bisa kemudian menjadi promotor untuk kemudian menjadi problem solvernya,” jelasnya usai mendampingi 50 siswa dari 12 sekolah SMPA SMA IT se-DIY audiensi dengan Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana.

Salah satu permasalahan yang sedang hangat yakni persoalan penanganan sampah.

“Nah ini salah satu permasalahan yang ada di lingkungan masyarakat yang panas, dan kemudian masih banyak ini kan dan yang dekat dengan mereka adalah sampah. Jadi kita memang mau mengusung tema ini, agar mereka, sebagai sebuah komunitas di sekolah kemudian bisa melakukan sesuatu yang mengurangi atau pun bisa menyelesaikan permasalahan yang ada, terutama masalah sampah itu,” lanjutnya.

Diharapkan di sekolah akan ada komunitas yang membangun kesadaran anak untuk mengelola sampah dengan baik.

“Terkait sampah ini, kalau kita memang kemudian dari yang lingkungan terdekat pengennya, jadi harapannya kalau sekolah itukan sebuah komunitas yang di dalamnya ada stakeholder ya, termasuk guru, siswa, orangtua. Nah, harapannya ketika kemudian pembiasaan-pembiasaan karakter itu bisa terbangun di sekolah, nanti bisa diteruskan ke rumah,” tuturnya lagi.

Dimulai dari sekolah yang juga melibatkan orang tua siswa diharapkan akan berkembang pengelolaan sampah berbasis keluarga.

“Nah harapannya memang dari lingkup masyarakat terkecil, keluarga itu nanti harapannya semua nanti mulai aware, paham, kemudian tahu dampak yang kemudian ditimbulkan. Maka kemudian harapannya bisa meluas. Jadi dari sekolah kemudian rumah,” urainya.

Di sekolah sendiri sebenarnya sudah ada club zero waste, tapi memang belum masif.

“Jadi bisa jadi satu sekolah dengan sekolah yang lain berbeda. Kayak di Kota Yogya mungkin sudah ada sistem pemilahan sampah, ada yang belum.

Cuman harapannya kita terutama untuk SMP SMA yang anaknya bisa digerakkan, itu bisa lebih mandiri untuk penanganan masalah sampah dari sekolah,” jelasnya lagi.

Fourzia menambahkan perwakilan pelajar dari 12 sekolah SMPA SMA IT se-DIY yang beraudiensi dari ni diharapkan bisa menjadi promotor pengelolaan sampah di sekolah IT yang tergabung dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) DIY sebanyak 102 sekolah dari tingkat TK-SMA.

“Akan ada follow-up dari kegiatan ini yaitu workshop school waste manajemen, jadi manajemen sampah sekolah. Pada bulan Oktober kita akan lebih masif ke sekolah, baik guru, manajemen sekolah kemudian juga siswanya,” tandasnya.

 

Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana menyambut baik kunjungan pelajar dari Jaringan Sekolah Islam Terpadu ini.

 

“Yang dilakukan mereka agar menumbuhkan keberanian dan menumbuhkan kepedulian, mempraktekkan apa yang mereka pelajari, ya saya kira juga memberikan motivasi biar mereka bisa mengerti bagaimana pemerintahan itu berjalan praktek langsung ke lapangan, saya kira bagus. Temanya bagus tentang sampah, salah satu edukasi pada anak-anak, agar mereka bisa peduli terhadap sampah mereka masing-masing, dan bahwasanya masalah sampah itu bukan masalah yang kecil, tapi juga bukan masalah yang besar kalau kemudian diatasi secara bersama-sama,” kata Huda.

Huda juga berharap sekolah di DIY sudah bisa menerapkan zero waste. Jika pengelolaan sampah di sekolah baik, sekaligus menjadi pendidikan bagj para pelajar untuk kemudian bisa diterapkan di keluarga dan lingkungannya. Jika itu terjadi, maka sampah yang di setor ke TPA akan berkurang signifikan.

 

“Sekolah itu institusi pendidikan, itu tempat terbaik untuk memberikan pendidikan tentang sampah. Kalau setiap sekolah itu zero waste, itukan artinya apa? Artinya sekolah itu jelas berkontribusi untuk tidak menambah sampah. Dan kedua yang paling penting adalah mendidik siswa-siswi nya untuk tidak bersampah, dan kemudian pendidikan itu diterapkan di rumah masing-masing, sudah luar biasa. Karena hampir semua warga kita ini, mesti punya anak-anak sekolah, lha kalau semua anak sekolah itu zero waste dan anak-anak mengerti tentang zero waste dan dipraktekkan di rumah masing-masing itu saya kira akan signifikan pengurangannya,” urai Huda. (wds/drw)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *