Dibangun Sejak 18 Tahun Lalu, Embung Jering Tak Berfungsi

Dibangun Sejak 18 Tahun Lalu, Embung Jering Tak Berfungsi

 

Sleman, suarapasar.com : Warga Kleben 7 Sidorejo Godean Sleman dan sekitarnya mengeluhkan mangkraknya embung Jering yang ada di kawasan tersebut.

Dukuh Kleben 7, Purwanto mengatakan sejak dibangun 18 tahun lalu, embung Jering di wilayah Padukuhan Kleben 7, Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman ini belum bisa difungsikan secara optimal. Hanya di awal-awal pembangunan, banyak didatangi para pemancing.

“Keluhan masyarakat , sejak 18 tahun lalu embung jering ini gak pernah jadi. Mulai dari Dukuh kedua sampai saya Dukuh ke empat 18 tahun belum jadi,” katanya, Kamis, (20/10/2023).

 

Bahkan saat ini kondisinya dipenuhi sedimen, rumput dan tanaman liar. Bahkan genangan air sampai tidak terlihat.

Purwanto menceritakan pengerukan sedimen dan pembersihan ini sudah pernah dilakukan, namun tidak berdampak signifikan.

 

“Pengerukan gak terlalu signifikan. Pernah dikeruk sekitar 75 cm tapi sudah penuh begini lagi, dan ini tanahnya lumpur gitu, susah alat berat mau ngeruk,” kisahnya.

Purwanto menjelaskan pembangunan embung yang tidak sekali jadi membuat embung justru mangkrak, tidak bisa dikelola. Warga juga khawatir jika pembangunan bertahap sedikit-sedikit justru hanya membuat rusak jalan warga.

 

“Gak bisa dikelola karena belum jadi. Kalau ada pengajuan turun hanya 100 juta kalau untuk embung kan gak jadi.

Masyarakat keberatan kalau cuma ada dana 100 lebih sedikit, jalannya yang rusak. Beda kalau sekali jadi, kan jalan gak cepet rusak,” terangnya.

 

Menurut Purwanto, pada awalnya pembangunan embung selain untuk tampungan air, mendukung pengairan juga untuk wisata. Namun, hingga kini belum terwujud. Purwanto menyebut sudah sering ada peninjauan dari berbagai instansi di embung Jering ini. Namun tak kunjung ada tindak lanjut.

 

“Embung ini kan air dari sungai kali soka ditampung embung terus mengalir ke sungai sepan. Sebenarnya ini kalau berfungsi baik, bersih kalau gak ketutup tanaman-tanamannya ini bisa menjadi sumber tampungan air dimanfaatkan saat musim kemarau. Tapi kalau keadaan kayak begini ya gak bisa dimanfaatkan. Jadi ini sejak dibangun sampai sekarang, belum berfungsi sama sekali,” tuturnya.

 

Purwanto mengaku tidak mengetahui pasti, pihak yang bertanggung jawab membangun embung ini. Menurut informasi, saat akan dibangun embung ini, selain menggunakan tanah kas desa, juga sebagian tanah warga yanh dibebaskan oleh pemkab Sleman.

 

“Yang membangun itu dari , kalau gak salah kabupaten Sleman . Selain tanah kas desa ini yang jadi embung ini ada tanah dari masyarakat yang dibeli kabupaten untuk embung, yang pereng-pereng yang ada pohon-pohon di atas itu punya warga,” urainya.

 

Purwanto menyebut mangkraknya embung Jering dimungkinkan karena masalah keuangan.

 

“Mungkin keuangan dananya membangun ya. Dan warga memang kalau sekali jadi warga menyetujui. Tapi kalau 100 juta setahun, nanti jalannya rusak lagi,” katanya.

 

Purwanto juga menceritakan potensi embung ini cukup bagus, kondisi jalan di sekitarnya jalan lingkar juga sudah diperkeras. Lokasi ini juga jalur perbatasan Kapanewon Minggir dan Godean. Selain itu, juga banyak perumahan baru di sekitarnya, sehingga potensi warga yang akan berkunjung ke embung cukup banyak.

“Dulu sudah ada jalan keliling warga sampai ujung sana sudah di corblok. Sebenarnya potensi bagus. Jalannya ini sudah jalan lingkar sebenarnya kalau embungnya berfungsi airnya banyak bagus ini. Pas awal-awal sekali itu, masih baru ada airnya, yang mancing rame banget , embung ini awalnya dalam juga. Cuman memang di jalan atas ada jalan yang ditalud longsor , belum ditalud lagi, entah dulu kajian seperti apa kan seharusnya ada perhitungannya,” pungkasnya.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *