DIY Terima Sertifikat Inskripsi Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia

Yogyakarta, suarapasar.com : Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X menerima Sertifikat Inskripsi Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO, Kamis (25/04/2024).

 

Sertifikat diberikan secara langsung oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek RI, Hilmar Farid di Plaza Insan Pendidikan Berprestasi, Kemendikbudristek RI, Jakarta.

 

Usai acara Penyerahan Sertifikat Inskripsi Warisan Budaya, KGPAA Paku Alam X mengungkapkan komitmen Pemda DIY untuk menjaga dan melestarikan sumbu filosofi Yogyakarta untuk seterusnya.

 

“Tentu kami akan berupaya menjaga dan melestarikannya. Sumbu Filosofi Yogyakarta dengan nama The Cosmological Axis of Yogyakarta and its Historic Landmarks, kini tidak hanya menjadi milik Yogyakarta atau Indonesia, tetapi juga menjadi milik dunia,” ungkap Paku Alam X.

 

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY, Cahyo Widayat mengatakan, penyerahan sertifikat inskripsi warisan budaya kali ini merupakan acara seremonial resmi dari negara.

 

“Sebelumnya, Ibu Menteri Luar Negeri memang sudah menyerahkan sertifikat UNESCO sumbu filosofi ini kepada Bapak Gubernur DIY. Sedangkan acara hari ini penyerahan secara resmi dari negara,” katanya.

 

Selain Sertifikat Inskripsi Sumbu Filosofi Yogyakarta, Pemda DIY juga menerima Sertifikat Inskripsi Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO. menurut Cahyo, DIY turut menerima sertifikat inskripsi Jamu Wellness Culture karena peran dan kontribusi Pemda DIY.

 

“Pemda DIY menjadi salah satu pendukung dan pengusulan pengajuan Jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO bersama provinsi Jawa Tengah. Penetapan jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda ini pada dasarnya juga melibatkan beberapa kementerian/lembaga sesuai prosedur nasional,” paparnya.

 

Sementara itu, Hilmar Farid dalam sambutannya mengatakan, dengan telah diinskripsikannya sumbu filosofi dan jamu sebagai warisan budaya oleh UNESCO tentu Indonesia patut berbangga dan berbahagia. Namun selanjutnya, apa yang akan dilakukan menjadi pertanyaan yang harus dijawab bersama.

 

“Dalam pengakuan ini, kita punya pertanggungjawaban yang tidak kecil. Kita tentu harus terus melakukan pelestarian dengan menjaga budaya kita. Dalam taraf sumbu filosofis Yogyakarta, secara keseluruhan tentunya harus betul-betul bisa kita pastikan dan tingkatkan amanat pelestariannya. Termasuk kemungkinan pengembangan pemanfaatannya, begitu juga dengan jamu,” paparnya.

 

Hilmar menambahkan, pengembangan kebudayaan pada dasarnya diperuntukkan bagi kepentingan kemanusiaan. Untuk Yogyakarta yang merupakan sebuah daerah atau wilayah, pun telah menjadi saksi perjalanan sejarah panjang dan turut mengalami pasang surut konflik dari zaman kolonial.

 

“Hal ini tentu bisa menjadi bekal bagi kita untuk melihat masa depan. Dan yang tidak kalah penting, yang kita inginkan dari seluruh penetapan ini ialah adanya kontribusi bagi kesejahteraan bersama,” pungkasnya. (wds/drw).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *