Geblegan Wakili DIY di Ajang Festival Olahraga Masyarakat Nasional di Sulawesi Tengah
Kulon Progo, suarapasar.com : Olahraga tradisional geblegan asal Kabupaten Kulon Progo mewakili DIY untuk mengikuti Festival Olahraga Masyarakat Nasional yang akan diselenggarakan pada tanggal 11- 14 Juli di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Ketua KORMI Kulon Progo, Ramina menjelaskan Festival Olahraga Masyarakat Nasional dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Sebelumnya diawali dengan seleksi antar kabupaten/ kota se DIY. Dan olahraga tradisional “geblegan” berhasil menjuarai kompetisi di DIY, sehingga otomatis Kulon Progo dengan geblegan ini mewakili DI Yogyakarta ke tingkat nasional.
“Mohon doanya semoga lancar membawa nama baik Kulon Progo dan DIY,” kata Ramina di sela-sela gladi bersih sekaligus pamitan kontingen di Taman Budaya Kulon Progo, Rabu, (10/7/2024).
Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo, Joko Mursito menjelaskan seperti geblek yang merupakan makanan khas Kulon Progo, olahraga tradisional geblegan merupakan olahraga khas dari kawasan perbukitan Menoreh, yang dimodifikasi sehingga ada unsur olahraga dan unsur penilaiannya. Dalam permainannya pun diawali proses membuat geblek.
“Permainan geblegan adalah sebuah aktivitas berjalan turun temurun di DIY khususnya Kulon Progo perbukitan menoreh. Dan geblek adalah makanan khas Kulon Progo sudah dikenal masyarakat. Yang kita angkat adalah bagaimana aktivitas membuat geblek itu dikemas menjadi permainan dan olahraga, tentu dengan dibumbui kaidah-kaidah yang ada di keolahragaan. Sehingga terciptalah geblekan ini dari aktivitas adat budaya tradisi masyarakat menjadi sebuah olahraga tradisional,” terang Joko Mursito di sela-sela gladi bersih sekaligus pamitan kontingen di Taman Budaya Kulon Progo, Rabu, (10/7/2024).
Olahraga geblegan ini benar-benar diawali dengan proses membuat geblek. Yakni membuat bulatan dari bahan geblek menjadi berbentuk angka 8 seperti bentuk geblek makanan tradisional namun ukurannya cukup besar.
Joko Mursito menjelaskan dalam permainannya, olahraga geblegan diikuti dua tim.
“Satu tim terdiri dari tiga pemain. pemain pertama namanya pemasok itu yang menyiapkan bahan geblek. Kemudian dari pemasok diberikan nanti kepada penyerang, penyerang ini yang membawa geblek ini ke sasaran. kemudian yang ketiga pengintai. Pengintai ini tugasnya untuk memberi kabar berapa ukuran geblek yang dibutuhkan dan kemudian sudah seberapa jauh musuh ini melangkah atau melaju,” urainya.
Selain kekompakan, dan kerjasama, para pemain juga harus memiliki kemampuan fisik yang cukup baik. Dalam olahraga geblekan ini pemain dituntut dapat berjalan jongkok, melewati rintangan galah dengan melengkungkan tubuh ke belakang, merangkak di bawah galah, serta melompati galah. Pemain harus adu cepat memasukkan geblek ke lokasi target. Tidak hanya adu cepat, geblek yang dimasukkan ke sasaran, harus tepat ukurannya, dan bentuknya juga tidak boleh rusak.
“Harus ada kerjasama dan disitu ada nilai-nilai tradisi budaya juga. Misalnya, jalan jongkok seperti kalau orang sinoman. Terus ada loncat dan seterusnya.
Pesan yang disampaikan dari olahraga tradisionalnya ini adalah bagaimana kita bisa membangun sinergi kemudian semangat perjuangan dan juga keterampilan serta kecekatan,” lanjut Joko.
Penilaian olahraga tradisional geblegan ini berdasar jumlah geblek yang berhasil diletakkan di sasaran. Hanya geblek yang kondisinya bagus atau tidak rusak yang dihitung sebagai hasil. Sedangkan, geblek yang rusak meskipun telah terpasang di sasaran tidak dihitung sebagai nilai.
Setelah sebelumnya sukses dengan Olahraga tradisional Nglarak Blarak, dan Obah Owah, Kontingen Kulon Progo berharap olahraga tradisional geblegan mampu menjuarai festival Nasional di Sulawesi Tengah.
“Harapannya ini nanti di tingkat nasional kita mampu untuk menjuarai kemudian ke tataran berikutnya. Setelah itu kita akan terus sosialisasi kepada masyarakat. Hanya saja tentu perlu modifikasi – modifikasi agar bisa sesuai. Permainan olahraga tradisional kan beda ya untuk anak-anak, remaja, orang tua kan pasti beda. Jadi masih ada kemungkinan nanti kita olah kembali,” tuturnya.
Salah satu pemain geblekan, Intan wijaya, dari Nanggulan menjelaskan dirinya bermain di posisi sebagai pemasok. Yakni membuat geblek. Menurutnya olahraga tradisional geblegan sebagai ciri khas Kulon Progo memerlukan kekutan fisik yang cukup baik, karena membutuhkan stamina dan kecepatan yang tinggi. Meski melelahkan ia merasa senang akan keseruan olahraga geblekan.
“Olahraganya butuh kekuatan ya, terus belajar buat gebleknya, spirit speednya. Ya semoga kami bisa mendapatkan juara 1 di tingkat nasional, membawa nama baik Kulon Progo dan DIY,” katanya.
Untuk persiapan mengikuti festival ini, ia dan tim melakukan latihan sebanyak 12 kali pertemuan.
“Kesulitannya mengatur speed kecepatan dan menjaga stamina. Tapi sangat seru, karena kan kita juga teriak-teriak terus solidaritas antar tim, kekompakan. Melelahkan tapi tetap semangat dan sangat seru,” katanya. (wds/drw)