Geliat Pertashop Dari Kawasan Industri hingga perbukitan Menoreh

Geliat Pertashop Dari Kawasan Industri hingga perbukitan Menoreh

 

 

Suarapasar.com, Kulon Progo : Kawasan kabupaten Kulon Progo terus berkembang. Hal ini diantaranya terlihat, pada hadirnya kawasan industri sentolo kulon progo, dan juga kawasan ruang strategis perbukitan menoreh.

 

Mobilitas dan kehidupan ekonomi masyarakat di kawasan kawasan itu dipastikan bergerak naik.

 

Pemenuhan kebutuhan akan BBM menjadi hal penting untuk dilakukan.

 

Peluang itulah yang kemudian dimanfaatkan BUMDES Tuksono Sentolo Kulon Progo dengan membuka gerai Pertashop di jalan industri Dudukan – Tuksono – Lendah.

Pertashop Tuksono Sentolo

Kehadiran pertashop di wilayah Tuksono ibarat angin segar bagi masyarakat.

Frandika, warga Tuksono menyebut kehadiran Pertashop memudahkan warga mendapatkan Bahan Bakar Khusus non subsidi sesuai harga resmi yang ditetapkan pemerintah. Karena jika harus ke SPBU jaraknya cukup jauh. Sebelumnya ada pertashop ini, ia hanya mengandalkan pembelian di warung eceran dengan harga lebih tinggi.

“Tempatnya strategis banget dari jalan Sentolo ke Ngentakrejo, Lendah. Sangat membantu sekali. Dulu kalau belum ada pertashop ini belinya ya cuma pertalite di pertamini di daerah Giling itu. Karena kalau mau ke SPBU kan jauh ya, harus ke Sukoreno atau ke Ngeplang itu,” katanya.

 

Frandika mengaku memilih pertamax karena lebih bagus untuk kendaraannya.

 

“Setelah ada pertashop ini ya beli Pertamax mbak kalau saya itu. Karena untuk mesin motor bagus, untuk pengapian busi percikan apinya jadi bagus jadi biru gitu. Nah ini tuh membuat busi gak basah, jadi makin awet juga businya,” terang Dika.

 

Mamik warga Kaliwiru, Tuksono merasakan hal yang sama. Selain memudahkan warga mendapatkan Bahan bakar untuk kendaraannya, pertashop yang menjual BBK pertamax juga membuat dirinya bangga bisa turut berperan menjaga lingkungan, karena dengan memakai pertamax emisi gas buang kendaraan lebih rendah.

 

“Pertashop Tuksono ini sangat membantu warga. Biasanya kalau beli di SPBU depan Brimob atau SPBU Sukoreno. Ada pertashop disini, warga sangat terbantu tidak usah jauh-jauh. Terus yang dijual juga pertamax lebih ramah lingkungan cocok lah di kawasan industri ini. Ya semoga pertashop makin besar, syukur ada diskon-diskon khusus untuk warga Tuksono,” katanya

 

Pertashop Tejogan

 

Sementara itu, di Perbukitan Menoreh, Tejogan, Hargorejo, Kokap, Kulon Progo, Pertashop hadir sejak Maret 2021 lalu atas inisiasi PD Muhammadyah Kulon Progo. Dengan 40 persen saham milik warga sekitar lokasi Pertashop.

 

Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadyah Kulon Progo, Sapardiyono mengakui pada tahun pertama penjualan cukup bagus mencapai 500 hingga 600 liter per hari. Bagi hasil untuk warga sekitar pemilik saham mencapai 15 persen total modal.

 

“Tahun pertama pertashop saat pertamax harganya 10 ribu dan pertalite 7500 kita masih untung. omset kita 500-600 per hari ada ketuntungan tahun pertama 15 persen total modal,” katanya.

 

Usaha pertashop yang mampu memberikan dampak positif ekonomi warga ini bukan tanpa kendala. Pasca adanya kenaikan harga pertamax sehingga terjadi disparitas harga cukup tinggi dengan pertalite, penjualan menurun hanya 250 liter per hari.

 

” Tahun kedua ketiga tidak ada SHU bagi hasil diberikan ke warga karena tidak ada pemasukan. impas pendapatn sama BEP. kenapa omset turun ? Harga pertalite dentan pertamax selisih jauh masyaralat enggan pakai pertamax,” terangnya.

 

Selain tingginya disparitas harga, penurunan ini juga dipicu masih banyaknya penjual pertalite eceran di tingkat masyarakat, padahal hal ini melanggar aturan. Pertalite telah ditetapkan sebagai Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan dimana SPBU hanya dapat menyalurkan BBM kepada pengguna akhir dan dilarang menyalurkan BBM kepada pengecer yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

 

Meski ada kendala yang berdampak pada penurunan omset, Sapardiyono menyebut demi melayani masyarakat perbukitan Menoreh, Pertashop tetap dibuka dengan omset sebatas menutup BEP semata.

 

“Kenyataannya masih banyak pertalite diecer ditingkat warga. Padahal kan sesuai aturan tidak dibolehkan pertalite diecer dijual warga. pertalite dijual di spbu saja. Sekarang ya masih impas masih nutup BEP, kita masih tetap buka, tapi jika seperti ini terus, kalau ke depan disparitas harga pertalite dan pertamax juga masih jauh, pertashop akan sulut berkembang,” tandas Sapar.

 

“Kami mendorong agar ada tindakan tegas kepada SPBU yang melayani penjualan pertalite untuk dijual lagi itu, agar usaha Pertashop ini kan ya dampaknya untuk ekonomi masyarakat juga, kalau bagus ya masyarakat untung juga,” pungkasnya. (wur/drw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *