GKR Hayu Berharap Mahasiswa Sekolah Pariwisata Bisa Menjadi Brand Ambassador Yogyakarta

GKR Hayu Berharap Mahasiswa Sekolah Pariwisata Bisa Menjadi Brand Ambassador Yogyakarta

Yogyakarta, suarapasar.com – Pengembangan pariwisata berbasis budaya (Cultural Tourism) yang mendukung terwujudnya konsep pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism) membutuhkan dukungan dari semua sektor, tak terkecuali generasi muda.

 

Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono saat menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) AMPTA Yogyakarta, mengatakan tantangan yang harus dihadapi dunia pariwisata cukup kompleks, karena di satu sisi kita harus mempertahankan identitas dan melestarikan budaya yang sudah ada. Disisi lain, intervensi budaya luar dan pengaruh teknologi sangat kuat. Untuk itulah peran generasi muda untuk aktif terlibat menjaga budaya sangat diperlukan.

 

“Guna menyeimbangkan hal itu, selain mensosialisasikan keunikan atau keistimewaan budaya yang ada di DIY, generasi muda yang di dalamnya termasuk mahasiswa baru harus terlibat aktif dalam menjaga budaya,” ujar Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono saat menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) AMPTA Yogyakarta, Senin, 4 September 2023.

 

Beny menjelaskan, pariwisata berbasis budaya adalah jenis kegiatan pariwisata yang memanfaatkan kebudayaan sebagai objek wisata yang dikunjungi oleh wisatawan. Dimana di destinasi wisata tersebut, wisatawan akan merasakan dan mempelajari berbagai kebudayaan tertentu.

 

“Adanya cultural tourism ini dapat dimanfaatkan sebagai objek daya tarik wisatawan yang dapat melestarikan warisan budaya,” jelasnya.

 

Pengembangan pariwisata berbasis budaya yang dilakukan DIY pun sebagaimana Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah DIY Tahun 2005-2025, yakni ‘Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Sejahtera’ dan merujuk pada arah pembangunan DIY lima tahun ke depan sesuai Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur DIY (2022–2027).

 

Beni menyebutkan berbagai potensi kepariwisataan DIY berbasis culture & heritage yang dapat dikunjungi diantaranya seperti Kraton Kasultanan, Puro Pakualaman, Prambanan, Candi Sewu, Candi Ratu Boko, Benteng Vredeburg dan Makam Raja. Seperti Makam Imogiri yang merupakan kompleks makam Raja-Raja Mataram Islam beserta keturunannya, yakni Raja-raja yang bertahta di Kasunanan Surakarta Hadiningrat (dinasti Pakubuwono) dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Hamengkubuwono).

 

Beberapa event budaya di destinasi wisata yang ada di DIY juga menjadi potensi pengembangan pariwisata berbasis budaya di DIY. Salah satunya yakni Pasar Sami (Sabtu-Minggu) di destinasi wisata yang menjual makanan-makanan khas.

 

Kegiatan PKKMB mengusung tema besar ‘Melestarikan Budaya Bersama Insan Muda Pariwisata’ yang diikuti oleh 230 mahasiswa tersebut juga menghadirkan narasumber Penghageng Tepas Tandha Yekti Kraton Yogyakarta, GKR Hayu dan Pemerhati Budaya Dosen DKV ISI Yogyakarta, Sumbo Tinarbuko.

 

Penghageng Tepas Tandha Yekti Kraton Yogyakarta, GKR Hayu mengatakan, untuk menjaga keistimewaan DIY, generasi muda dapat melakukan tiga hal pokok dan penting, menjaga budaya, menyebarluaskan informasu kebudayaan, dan pelaku pendukung keistimewaan.

 

“Pertama yaitu berpartisipasi menjaga budaya mulai dari hal yang sederhana. Kedua terlibat dalam upaya menyebarluaskan informasi terkait kebudayaan yang ada di DIY, seperti pertunjukan tari, kesenian tradisional dan lainnya. Sementara yang ketiga yakni terlibat untuk menjadi pelaku atau terlibat dalam asosiasi atau organisasi yang mendukung keistimewaan yang ada di masyarakat,” urai GKR Hayu.

 

“Saya berharap kepada mahasiswa baru di STP AMPTA agar bisa meneruskan keistimewaan Yogya. Sehingga saat kembali ke tempat asal pendidikan tentang Keyogyaan tetap bisa diterapkan saat mereka mengelola pariwisata. Mungkin saat pertama datang ke Yogya mereka jadi wisatawan, tapi saat kembali ke daerah asal saya harapkan bisa menjadi brand ambassador Yogya,” harapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *