Groundbreaking Jembatan Pandansimo, Sultan HB X : Simbol “Binanguning Marga-Pambukaning Praja”
Bantul suarapasar.com – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X melakukan groundbreaking pembangunan jembatan Pandansimo sepanjang 1.900 meter yang menghubungkan Kapanewon Srandakan, Bantul di sisi timur, dan Kapanewon Galur, Kulon Progo di sisi barat.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan momentum groundbreaking bukan hanya seremoni, tetapi sebagai starting point terobosan ide-ide kreatif-inovatif, sekaligus menjadi simbol “Binanguning Marga-Pambukaning Praja”.
Hal ini memiliki makna pembangunan jembatan Pandansimo menjadi jalan pembuka kesejahteraan, bagi masyarakat Bantul, dengan semangat Projotamansari. Juga bagi Kulon Progo dengan semangat Binangun-nya.
Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional, jembatan Pandansimo akan menjadi sarana pendukung mobilitas, dan memperkuat konektivitas wilayah selatan DIY, serta memperkuat konektivitas Jawa bagian Selatan, yang membentang dari Banten hingga Jawa Timur.
“Saya optimis, hadirnya jembatan Pandansimo, tidak hanya menjadi modal mobilitas transportasi, tetapi juga menjadi konektor pengembangan sektor ekonomi, logistik, dan memacu pertumbuhan multi-sektor lainnya, di wilayah Bantul dan Kulonprogo,” kata Sri Sultan.
Jembatan Pandansimo juga diharapkan dapat menjadi ikon inovasi dan eksplorasi potensi pariwisata Kawasan Pantai Selatan DIY, serta menjadi bagian dari strategi meretas berbagai tantangan pembangunan, dan merintis jalan baru, dalam menciptakan perubahan dan nilai yang signifikan.
“Saya mengajak seluruh pihak untuk turut mengawal setiap tahapan pembangunan jembatan Pandansimo. Mari turut memastikan setiap tahapan pembangunan, harus dicermati secara seksama. Agar proses pembangunan dapat berjalan lancar, tepat waktu, dan menghasilkan kualitas pekerjaan sesuai standar safety dan quality yang telah ditentukan,” ujar Sri Sultan.
Sri Sultan juga menyebut jembatan Pandansimo, dapat menjadi saksi bagi kemajuan dan kemakmuran bagi masyarakat.
“Saya berharal pembangunan jembatan Pandansimo, dapat pula melibatkan tenaga-tenaga produktif di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional BBPJN Jateng-DIY, Rien Marlia mengatakan, proses penyiapan pembangunan jembatan Pandansimo sudah berlangsung sejak lama.
“Tahun 2013 hingga 2015, dilakukan pembebasan lahan oleh Pemda DIY, serta penyiapan dokumen Amdal. Sementara, review DED dilakukan pada tahun 2022,” terangnya.
Pembangunan jembatan Pandansimo masuk pada paket kegiatan Inpres Jalan Daerah Tahap 1 yang merupakan bagian dari rangkaian jalur Trans Selatan Jawa.
” Pembangunan ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan pemerataan ekonomi di bagian Selatan Jawa. Jembatan Pandansimo akan memiliki panjang 1.900 meter, yang terdiri dari jalan pendekat sepanjang 625 meter, slab on pile sepanjang 690 dan jembatan utama dengan bentang 675 meter. Nilai kontrak sebesar Rp 814,8 miliar dan dilaksanakan oleh PT Adikarya Persero, PT Sumber Wijaya Sakti. Kerja Sama Operasi selama 408 hari kalender dengan Rencana Final Hand Over (PHO) di tanggal 31 Desember 2024,” urainya.
Terkait, lokasi jembatan Pandansimo yang berada pada karakteristik tanah berpasir dan muka air tanah dangkal, serta dekat sumber gempa sesar opak radius kurang dari 10 km, yang menyebabkan jembatan Pandansimo memiliki kerentanan terhadap potensi likuifaksi, maka Jembatan Pandansimo akan dibangun menggunakan teknologi LRB atau Lead Rubber Bearing pada struktur bawah jembatan yang fungsinya untuk meredam gempa.
“LRB ini mampu mengembalikan struktur yang ditopangnya pada posisi semula setelah gempa berakhir,” jelas Rien lagi.
Jembatan Pandansimo juga nantinya akan dipercantik dengan pemasangan ornamen yang mengusung kearifan budaya lokal.
Jembatan Pandansimo tidak hanya menjadi penghubung antar wilayah tetapi juga menjadi icon baru kebanggaan masyarakat pesisir selatan DIY. Juga bisa menjadi wadah berkumpulnya masyarakat lintas sosial sehingga terjadi interaksi sosial yang intens.
“Lebih jauh lagi, dengan tersedianya ruang terbuka hijau dan pedestrian dapat membentuk budaya sehat bagi masyarakat dengan memberikan ruang kegiatan olahraga maupun kegiatan sosial lainnya,” terangnya.