Jadi Penghambat, UMKM Berharap Kebijakan Pemerintah Hapus SLIK Buruk Akibat Pandemi

Jadi Penghambat, UMKM Berharap Kebijakan Pemerintah Hapus SLIK Buruk Akibat Pandemi

Yogyakarta: Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berharap ada kebijakan khusus terkait status BI Checking atau (Sistem Layanan Informasi Keuangan) yang dimiliki sebagian pelaku UMKM akibat pandemi COVID19.

 

Wakil Ketua KADIN Kota Yogyakarta, Fatma Arief Fianti mengatakan usaha yang dijalankan pelaku usaha kecil terhenti saat pandemi yang berdampak pada cicilan kredit.

Fatma Arief Fianti, Wakil Ketua KADIN Kota Yogyakarta.

Para pelaku pun mengikuti program restrukturisasi kredit saat maupun pasca pandemi, dan melakukan pembayaran secara rutin.

Namun ternyata persoalan kredit itu masih menyisakan masalah, karena BI Checking atau SLIK para pelaku usaha masih dinilai buruk.

Hingga kini, para pelaku usaha kecil yang mulai bergerak lagi usahanya pun tidak bisa optimal karena terkendala permodalan. Para pelaku usaha kesulitan mengakses permodalan di perbankan karena terganjal BI Checking atau SLIK yang buruk saat pandemi.

 

Pelaku usaha berharap ada kebijakan khusus bagi UMKM yang mengalami kendala SLIK buruk akibat pandemi, agar bisa mengakses pinjaman di perbankan atau lainnya.

 

“Sebenarnya kalau kita bicara kita tidak menginginkan penghapusan hutang itu tidak, tapi misalnya ada subsidi bunga. Kemudian istilahnya mungkin dengan sebuah istilahnya investigasi benar itu adalah pemulihan SLIK, jadi kan sebenarnya kalau SLIK kita sudah membayar, tapi itu kan record nih menjadi sebuah rekam jejak kita dan ini akan menjadi rekomendasi bank itu untuk menahan,” kata Fatma Arief Fianti, yang juga Pendamping Asosiasi UMKM ABDSI (asosiasi profesi para konsultan pengembangan bisnis UMKM) Yogyakarta, di sela-sela kegiatan forum diskusi ‘Meningkatkan Daya Saing UKM Lokal dengan Digitalisasi Rantai Nilai’ di Gerai UMKM, Jl. Tamansiswa Yogyakarta, Sabtu (24/2/2024).

 

Fianti berharap, angin segar dapat dihembuskan melalui pemutihan atau menghilangkan tanda pernah nunggak bayar sehingga UMKM bisa lebih mudah mengakses permodalan.

 

“Karena yang terjadi kemarin ketika kita dapat pekerjaan gitu, itu akhirnya beberapa teman juga ngambilnya dari pinjaman online, dari pinjaman online, kemudian dengan model investasi. Investasi itu dari investor kadang-kadang mungkin investor itu kan akhirnya bicaranya benar-benar profit sharing, ya akhirnya terjepit juga, jadi akhirnya kemarin pola kerjasama kalau dengan pembiayaan kita kan jadi seperti menjadi penonton,” ucap Fia.

 

Melalui forum diskusi bersama Dekranasda dan platform Evermos ini Fia berharap, rantai nilai bisnis UMKM baik dari produksi, pemasaran, dan pembiayaan akan semakin mudah.

 

“Jadi kalau saya melihat Evermos dengan platform-nya Financing Syariah itu sebenarnya sebuah solusi juga, karena memang pembiayaan dan tidak terlalu melihat SLIKnya, cuma mungkin yang perlu di-upgrade dari Evermos itu adalah ini hanya cocok untuk perusahaan yang agak besar, karena ternyata yang bisa jadi jaminan adalah dokumen Project. Nah, kalau misalnya untuk UMKM kecil yang selama ini di pemerintah kota ikut aplikasi Gandeng Gendong, Mbiz ini bisa kitanya masih perlu kajian, apakah dengan surat perintah kerja dari dinas bisa menjadi jaminan untuk mendapatkan akses pembiayaan dari Evermos, kemudian yang menarik juga ada warehouse, kemudian sebenarnya kita berharap bahwa nantinya evermos itu akan mendampingi kita selama 6 bulan,” tutur Fianti.

 

Sementara itu, Senior Manager di Evermos, Oktaviani Nur Asruni mengatakan, sinergi yang dilakukan antara Kadin, Dekranasda Kota Yogyakarta bersama Evermos merupakan upaya untuk bisa memberikan solusi bagi kendala-kendala yang dihadapi UMKM dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya

Dengan kolaborasi ini diharapkan akses pasar, modal hingga pengetahuan terkait pemasaran digital bagi UMKM semakin meningkat dan mampu memperbesar skala bisnisnya serta memperluas pasar penjualannya.

Senior Manager di Evermos, Oktaviani Nur Asruni

“Jadi kita itu berusaha untuk memberikan nilai, memberikan solusi dari hulu ke hilir dari UMKM gitu, dari apa? dari mungkin pertamanya UMKM itu butuh apa? butuh modal tadi, itu kemudian sudah modalnya dapat, kemudian misalnya produksi, seperti produksi yang membutuhkan skala yang lebih besar dan dia butuh untuk produksi yang lebih banyak. Kita memiliki tadi ya kayak semacam maklon,” jelas Okta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *