Kemah Spiritual & Mini Concert Sabtu Budaya NTB Mampu Tekan Kenakalan Siswa

Kemah Spiritual & Mini Concert Sabtu Budaya NTB Mampu Tekan Kenakalan Siswa

Mataram, Suarapasar.com : Program kemah spiritual dan sabtu budaya menjadi program unggulan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Barat dalam meningkatkan pemahaman keagamaan, toleransi dan nilai-nilai Pancasila kepada para pelajar sekaligus upaya untuk menekan angka kenakalan para siswa.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Aidy Furqan saat menerima kunjungan wartawan unit DPRD DIY bersama Komisi A DPRD DIY menjelaskan dalam pelaksanaannya kegiatan kemah spiritual ini para siswa diajak mendirikan tenda di halaman sekolah sembari kemudian mendalami ilmu agamanya masing-masing yang mengajarkan perbuatan baik dalam kehidupan nyata. Selain tuntunan ilmu agama dengan kegiatan ini siswa juga diajak meresapi nilai-nilai luhur Pancasila, bagaimana menghormati keberagaman yang ada, mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, serta menjaga keutuhan NKRI.

“Anak anak bersama orang tua kemah sama kami. Malamnya ibadah. Yang Hindu dibimbing Hindu, Kristen ya Kristen, Budha Budha. Kadis juga ikut. Saya ikut sama anak anak bangun malam ibadah malam salat tahajud. Kami rasa daripada mereka kemah ke pantai , mending saya ajak kemah di sekolah saja. Spiritual camp namanya,” kata Aidy Furqan saat menerima kunjungan wartawan unit DPRD DIY bersama unsur pimpinan dan anggota Komisi A DPRD DIY, Senin, (4/6/2024).

Sementara itu, Kepala Balai Teknologi Informasi dan Data Pendidikan Dikbud NTB, Agus Siswo Aji Utomo menjelaskan selain kemah spiritual, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB juga memiliki program unggulan Sabtu Budaya. Dimana setiap hari Sabtu para siswa ini diwajibkan membuat project mini konser budaya yang mereka kemas dan kreasikan sendiri sehingga di sepanjang hari menuju ke hari pelaksanaan pentas ini para siswa akan disibukkan dengan kegiatan persiapan mini konsernya. Dengan begitu, akan meminimalisir waktu-waktu luang yang mungkin digunakan untuk melakukan hal-hal negatif, karena para siswa sudah disibukkan dengan kegiatan positif mempersiapkan mini concert pentas budayanya.

“Apakah itu cukup efektif? Menurut kami lumayan bisa mengurangi angka kriminalitas di anak, meskipun tidak ada data resminya, berapa persentasenya. Tetapi, anak-anak dengan kegiatan P5 dihari Sabtu itu, Senin sampai Jumat mereka sibuk baik di sekolah, tugas kelompok, kerja kelompok. tidak ada lagi misalnya kegiatan-kegiatan yang mereka kira-kira bisa santai-santai. Karena mereka menampilkan sesuatu yang kayak anak-anak mini konser lah sehingga persiapannya preparenya tentu harus benar-benar jauh-jauh hari,” terangnya.

Sementara itu, Sekretaris Komisi A DPRD, Rani Widayati mengapresiasi program kemah spiritual dan juga program sabtu budaya yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB ini. Menurutnya program ini bisa dicontoh oleh Pemda DIY tentu dengan memodifikasi sesuai dengan budaya lokal Yogyakarta. Selama ini sendiri sudah ada kebijakan kewajiban menggunakan pakaian adat Jawa gagrak Yogyakarta setiap hari Kamis Pon. Hal itu bisa dilengkapi dengan ditambah kegiatan-kegiatan budaya ataupun juga pembinaan keagamaan dan nilai-nilai Pancasila agar kemudian siswa termotivasi melakukan kegiatan yang positif dan meminimalisir ruang berkegiatan negatif.

“Dananya kita punya danais bisa kita optimalkan untuk itu,” kata Rani.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *