Pedagang Selongsong Ketupat Kini Diserbu Pembeli

Wates, suarapasar.com – Pantauan wartawan suarapasar.com, Minggu, 1 Mei 2022 di sekitaran sejumlah pasar tradisional, pedagang selongsong ketupat mulai banyak. Diperkirakan sepanjang jalan di wilayah Kota Wates berderet sejumlah penjual ketupat yang diserbu pembeli. Pedagang dan pengrajin dari pagi mulai ramai menjajakan selongsong ketupat.  Seperti halnya pasar  tradisional Bendungan, Wates, Jombokan Tawangsari  terlihat puluhan pedagang ketupat mulai menjajakan selongsong ketupat.

Salah seorang pedagang selongsong ketupat Lek Parmi 45 tahun mengatakan, dirinya menjual ketupat sebagai dagangan sampingan saja. Dirinya menjajakan ketupat hanya saat menjelang Idul Fitri.

“Kopat menika Kula Sade Rp 10 ewu, dumugi Rp 15 ewu saben bendel, adat samben ingkang mundur kangge bakdo riyoto,” kata Lek Parmi Minggu, 1 Mei 2022.

Perempuan yang sajak tahun 2000 an  berjualan ketupat ini mengungkapkan tahun ini jumlah pembelinya lebih ramai dibandingkan tahun lalu. Karena dua tahun tidak ada pemudik, dan dalam pandemi Covid-19. Tahun ini Pemerintah memberi kebebasan untuk mudik namun tetap dengan protokol kesehatan.

Sejak kemarin telah menggelar dagangannya di depan Pasar Bendungan. “Pembeli mulai ramai dau hari menjelang Idul Fitri,”

Ketupat sendiri tidak bisa lepas dari perayaan Idul Fitri di Indonesia. Di Jawa, tradisi ketupat (kupat)  adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Beliau membudayakan sebuah tradisi, yaitu setelah Lebaran, masyarakat setempat menganyam ketupat dengan daun kelapa muda lalu disii dengan beras.

Setelah selesai dimasak, ketupat itu diantarkan ke anggota keluarga atau kerabat yang dituakan. Sejak itu, ketupat jadi lambang kebersamaan. Selain itu, ternyata ketupat punya filosofi tersendiri yaitu anyaman-anyaman pada kulit ketupat itu mencerminkan betapa banyaknya kesalahan manusia.

Setelah dibelah dua, terlihatlah isi ketupat yang berwarna putih, menggambarkan kebersihan dan kesucian hati manusia, setelah menahan nafsu dengan berpuasa dan memohon ampun atas segala kesalahan. Sementara itu, bentuk ketupat yang sempurna itu melambangkan kemenangan umat Muslim yang akhirnya mencapai hari yang Fitri.

Praktis ketupat di pulau jawa atau pulau lainnya yang mayoritas beragama Islam hanya menikmati ketupat pada hari raya saja. Ada masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat.(parang)