Pedukuhan Blubuk Sendangsari Pengasih Gelar Tradisi Kutukan
Pengasih, suarapasar.com – Kalurahan Rintisan Mandiri Budaya menggelar Upacara Adat Kutukan. Upacara adat kutukan yang menjadi ikonik Padukuhan Blubuk dilaksanakan di Objek Wisata Embung Blubuk, Blubuk, Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo.
Suhardi, lurah Sendangsari menyampaikan, Upacara Adat kutukan memiliki sejarah yang berkaitan dengan ikan kutuk (gabus) serta asal mula nama Padukuhan Blubuk. Sejarah tersebut turun temurun dilestarikan.
Lebih lanjut, Suhardi menceritakan sejarah tersebut dikisahkan di sebuah tempat bernama Sebedug Purworejo hidup seorang lelaki sederhana bernama Cokro Joyo yang suatu hari menerima tamu asing. Cokro Joyo yang pekerjaannya sebagai pencari air nira kelapa untuk dibuat gula menawarkan air nira kepada tamu asing tersebut.
Sebelum pulang temu memberikan pesan untuk tidak membuang air nira sisa, tetapi untuk tetap dibuat gula jawa. Gula hasil dari nira tersebut menjadi sangat bagus kualitasnya sehingga mudah menjualnya dan mendapatkan hasil yang bagus.
Singkat cerita Cokro Joyo berhasil menemukan tamu asing kembali di pinggir sungai. Cokro Joyo menyampaikan maksud untuk menjadi pengikut. Untuk menjadi pengikut Cokro Joyo hanya diminta untuk bertapa di lokasi itu sampai tamu itu kembali. Hari, bulan, dan tahun berganti.
Sekembali tamu itu lokasi bertapa Cokro Joyo sudah menjadi hutan kemudian dibakarlah tempat itu. Tak disangka Cokro Joyo masih bertapa di tempat itu sehingga tubuhnya ikut tebakar. Sang tamu mengobati luka bakar tersebut dengan ikan kutuk dan mengenalkan dirinya adalah Sunan Kalijaga.
Cokro Joyo diangkat sebagai muridnya dan diberi gelar Sunan Geseng. Sebagai wujud rasa syukur atas kesembuhan Sunan Geseng mengadakan syukuran. Sedangkan tempat yang penuh dengan abu orang jawa menyebut dengan istilah blubukan, kemudian dikenal dengan sebutan Blubuk.
Dari cerita tersebut setiap panen musim rendengan masyarakat Padukuhan Blubuk menyelenggarakan upacara adat dengan mengadakan doa bersama serta membawa nasi dan pepes kuthuk sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan hasil panen serta melestarikan budaya yang ada di wilayahnya. Pada saat tidak mendapat fasilitas dari Dana Keistimewaan, warga secara swadaya selalu mengadakan tradisi ini.(parang)