Pegiat Lingkungan Ingatkan Pemkab Prioritaskan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau
Kulon Progo, suarapasar.com : Pegiat Lingkungan Direktur Damar Alam Nusantara, Saptono Tanjung mengingatkan pemkab Kulon Progo untuk serius memikirkan keberadaan RTH di Kulon Progo.
Saptono Tanjung menyoroti rencana pembangunan kawasan RTH di bekas pasar burung yang ada di belakang terminal Wates yang hingga kini belum juga ada kejelasannya.
Padahal kawasan pasar burung sudah dikosongkan sejak November 2019 lalu, aktivitas pedagang pasar burung di Gawok, Wates, baik itu pedagang burung, pedagang klitikan, pedagang ayam dan pedagang rumput dipindahkan ke kompleks pasar hewan terpadu Pengasih, Jumat (29/11/2019).
Jika RTH terwujud selain mempercantik kawasan, dimanfaatkan warga , sekaligus akan memperbaiki kondisi lingkungan.
“Seperti yang belakang Terminal Wates gitu ya, bekas pasar burung Gawok yang sekarang masih terbengkelai begitu, padahal dulu rencananya pasar dipindah karena akan dibuat RTH terintegrasi dengan kawasan disitu. Kalau RTHnya terwujud, Terminal Watesnya juga akan menjadi baik, orang-orang yang akan naik bis bisa menunggu dan bisa istirahat di sana, kemudian anak-anak bisa rekreasi, terus juga kali atau sungai yang ada di wilayah itu juga akan terjaga menjadi bersih. Sehingga nanti di situ ada terkoneksi dengan perkantoran. Sehingga memang bisa gayut lah antara itu semua. kira-kira itu,” jelas Tanjung kepada Radio Suara Pasar, Kamis, (27/6/2024).
Saptono Tanjung menekankan keberadaan RTH di Kota Wates harus menjadi perhatian. Sebelum kota bertumbuh harus dibangun RTH nya, untuk menumbuhkan suasana iklim mikro. Selain itu jika kota sudah bertumbuh, baru dibangun RTH, biayanya akan semakin besar.
“Untuk kota RTH itu menjadi perhatian. Sehingga sebenarnya membangun perkotaan itu juga harus memperhatikan pembangunan RTH nya , karena nanti kalau sudah menjadi kota yang padat dan kemudian untuk membangun RTH itu costnya akan sangat tinggi. Jadi sebelum kota ini menjadi lebih maju maka RTH itu penting sekali. Penting sekali karena akan ada penetralisir atau memberikan suasana iklim mikro di wilayah kota, iklim setempat sehingga dia akan memberikan sesuatu yang nyaman. anak-anak bisa berkreasi kemudian anak-anak bisa berekreasi anak-anak muda itu bisa menumbuhkan inspirasi,” urainya.
Ia juga menyoroti RTH Wana Winulang di sebelah timur Gedung DPRD Kulon Progo yang dinilai belum sesuai target awal tujuan pembangunan. Sejauh ini baru terwujud fisik hijau, namun secara psikologis dan aktivitas kreatif masyarakat belum terwujud.
“Wana Winulang itu pada saat ini saya enggak ngerti bagaimana pengelolaannya. Yang dulu kami adalah Kelompok Kota Hijau Lembah Menoreh dulu dipasrahi, kemudian kita akan membuat itu menjadi satu dengan Gedung Perpustakaan yang harapannya membangunkan inspirasi anak-anak muda , kreativitas anak muda , tetapi pada saat ini memang yang dipikirkan adalah bagaimana tumbuhnya hijau, tetapi sebenarnya tumbuh dari psikologis masyarakatnya menurut saya belum terjadi. Jadi sense of belonging terhadap itu. Semua pembangunan itu bukan berarti hanya mengisi ruang semata, tetapi sebenarnya mengisi mental, spiritual masyarakat. Sehingga ketika dikatakan bahwa lingkungan Kulon Progo itu baik, bagus bahwa itulah cerminan dari kerohanian yang ada di Kulon Progo. Kira-kira semacam itu,” tandasnya.
Tanjung juga mendorong Ruang Terbuka Hijau khusus di wilayah Temon lokasi adanya Bandara YIA. Temon dipastikan akan terus bertumbuh menjadi perkotaan.
“Temon sendiri itu akan menjadi wilayah kota, jadi sangat perlu ruang hijau yang digunakan untuk orang-orang yang mungkin akan menunggu antrian di bandara dan kemudian ke pusat pusat kegiatan lainnya dan semuanya itu penting sekali karena polusi udara , polusi suara yang ditimbulkan oleh pesawat harus bisa diredam diminimalisir dengan RTH itu. Sehingga warganya sehat fisik dan psikisnya,” pungkasnya.