Pemerintah Kota Yogyakarta Ajak Masyarakat Gali Sumber Daya Kontribusi Bagi NKRI

Pemerintah Kota Yogyakarta Ajak Masyarakat Gali Sumber Daya Kontribusi Bagi NKRI

Yogyakarta, suarapasar.com – Pemerintah Kota Yogyakarta mengajak masyarakat untuk menggali kembali sumber daya yang berkontribusi dan nilai-nilai dalam amanat 5 September 1945 sebagai embrio keistimewaan DIY.

 

Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya menjelaskan peletak pondasi yang sangat ideal dari keistimewaan Yogyakarta adalah amanat 5 September. Dalam amanat itu menunjukkan sebuah pengakuan keberadaan Republik Indonesia dan kontribusi Yogyakarta. Aman menilai dalam membaca amanat itu maka perlu digali ekosistem yang memberikan kontribusi pada keistimewaan Yogyakarta. Namun tujuannya tetap memberikan kepentingan bagi Republik Indonesia.

 

“Sumber daya yang memberikan kontribusi bagi kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tergambarkan pada amanat 5 September perlu kembali dimunculkan. Digali agar kita mengerti tentang seberapa banyak, seberapa hal yang dikontribusikan,” kata Aman dalam talkshow Refleksi Amanat 5 September 2023 dan Malam Apresiasi Keistimewaan Babad Siti Kemantren di Hotel Alana Malioboro, Selasa, 5 September 2023.

 

Menurut Aman, dengan menggali sumber daya dan ekosistem yang berkontribusi dalam Amanat 5 September, maka akan mendapat nilai-nilainya.

 

“Nilai-nilai itu patut dikontekstualisasikan dengan kekinian yang dibutuhkan bagi kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada masa sekarang. Oleh sebab itu Pemkot Yogyakarta memperingati keistimewaan Yogyakarta lewat pameran Intro Living Museum di tingkat kemantren pada 26 Agustus – 2 September 2023,” kata Aman.

 

Aman menyebut Intro Living Museum menjadi bagian yang sangat kita ingin terjemahkan. Itu bukan urusan semata-mata  Pemerintah Kota Yogyakarta, tapi urusan seluruh masyarakat.  Maka kemudian tergambarkan pada 14 kemantren yang masing masing pasti ada pembeda di dalam memberikan konfigurasi kontribusinya.

 

Aman berharap dalam konteks mengabadikan embrional amanat 5 September yang diwujudkan dalam bentuk  Intro Living Museum tidak hanya berhenti tahun ini. Tetapi berkelanjutan agar dapat diterjemahkan lebih lanjut pada kontekstualisasi zaman dan atas komitmen seluruh pemangku kepentingan.

 

Sementara itu, Sejarawan UGM, Prof Bambang Purwanto menyampaikan kata kunci Amanat 5 September adalah pengintegrasian dari dunia Mataram ke dalam Indonesia.

 

“Sikap Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang memprioritaskan semangat Indonesia tapi tetap memberikan ruang keberlanjutan eksistensi Yogyakarta. Itu menjadi kata kunci utama dengan memberi ruang bagi keberlanjutan eksistensi diri yang sudah terbentuk sebelumnya,” tandas Bambang.

 

Sedangkan, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti menyatakan Amanat 5 September merupakan embrio dari lahirnya keistimewaan Yogyakarta, kemudian diakomodasi menjadi undang undang keistimewaan DIY nomor 13 tahun 2012.

 

“Oleh sebab itu menjadi tanggung jawab bersama untuk mengemban amanah dalam membangun atau memaknai keistimewaan. Kraton dan Pakualam sebagai sentral dan wilayah lainya berperan sebagai penyangga,” katanya.

 

Yetti menambahkan dalam momentum menjiwai spirit amanat 5 September sebagai embrio keistimewaan peran kita sebagai generasi penerus adalah nguri-nguri kebudayaan Yogya.

 

“Kami berharap kegiatan ini dapat berjalan ke depannya sehingga karakter Yogyakarta sebagai salah satu kota budaya yang kaya akan potensi baik itu sejarah heritage adat dan tradisi tetap terjaga,” tutur Yetti.

 

Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta juga mengajak semua elemen masyarakat kemantren, kampus dan komunitas melalui pameran Intro Living Museum peringatan keistimewaan Yogyakarta di tingkat kemantren.

 

“Masyarakat diajak terjun langsung menggali dan memvisualkan potensi yang menjadi ikon serta menerjemahkan makna keistimewaan Yogyakarta di wilayah masing-masing,” kata Yetti.

 

Sebagai bentuk apresiasi Pemkot Yogyakarta memberikan penghargaan kepada 8 kemantren berdasarkan penilaian terhadap pameran Intro Living Museum. Adapun juara terbaik pertama adalah Kemantren Kotagede dan juara kedua Kemantren Pakualaman. Sedangkan harapan I pertama Kemantren Gondokusuman, harapan I kedua Wirobrajan dan harapan I ketiga Gondomanan. Untuk harapan II pertama Kemantren Mergansan, harapan II kedua Mantrijeron dan Harapan II ketiga Danurejan.(wds,prg)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *