Pemkot Luncurkan Gerakan Organikkan Jogja, Olah Sampah Seko Omah

Pemkot Luncurkan Gerakan Organikkan Jogja, Olah Sampah Seko Omah

Yogyakarta, Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2024, Pemerintah Kota Yogyakarta mencanangkan gerakan olah sampah organik dari rumah ‘Organikkan Jogja, Olah Sampah Seko Omah’. Pencanangan olah sampah organik dari rumah ini bertujuan untuk memperkuat upaya pengolahan sampah yang selama ini telah dilakukan di Kota Yogyakarta.

 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto mengatakan tahun 2024 merupakan momentum penting dalam pengarusutamaan isu pengelolaan sampah. Pemkot Yogya telah menggencarkan Gerakan Zero Sampah Anorganik dan Mbah Dirjo atau Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja sejak tahun 2023. Namun menurutnya  gerakan itu masih membutuhkan banyak dukungan dari seluruh pihak karena masih banyak sampah yang belum terkelola dengan baik dari tiap rumah tangga, terutama sampah organik.

 

“Bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional ini, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup memilih tema Organikkan Jogja, Olah Sampah Seko Omah. Berangkat dari tema itu kami berharap bahwa kita dapat terus konsisten mengolah sampah organik dari rumah,” kata Sugeng saat peringatan HPSN di Embung Langensari, Rabu (21/2/2023).

 

Kota Yogyakarta termasuk dalam kabupaten, kota yang terdampak pada pembatasan kuota pembuangan sampah di  Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. Hal ini berdasarkan perhitungan bahwa zona transisi 2 di TPST Piyungan akan bertahan hingga akhir Maret. Oleh sebab itu diharapkan kesadaran dan kepedulian semua pihak untuk berperan aktif dalam pengelolaan sampah. Dimulai dari yang paling sederhana yaitu memilah sampah dari sumbernya.

 

Sugeng menjelaskan persentase sampah organik di Kota Yogyakarta sekitar 52 persen. Dengan dominasi sampah organik, maka harus dikelola. Melalui Gerakan Mbah Dirjo mampu mengurangi sampah sekitar 50 ton dan Gerakan Zero Sampah Anorganik dapat mengurangi sampah sekitar 100 ton.  Sampah organik dapat dikelola dengan berbagai cara antara lain biopori, losida dan ember tumpuk.

 

“Kita akan perkuat Mbah Dirjo dan Zero Sampah Anorganik dengan lebih detail lagi pada pengelolaan sampah organik. Ini bersamaan dengan  kewilayahan memperoleh penguatan dari danais Rp 100 juta per kelurahan. Dana itu dimanfaatkan untuk meningkatkan pengurangan sampah organik,” jelas Sugeng.

Gerakan olah sampah organik menyasar pada peningkatan pelatihan terkait pengolahan sampah organik kepada masyarakat. Selain pelatihan, masyarakat akan mendapat sarana dua biopori. Setiap kelurahan ditargetkan mengadakan 12 kali pelatihan.

Sementara itu Wakil Dua Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta, Sri Martini menyampaikan Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta akan terus menggencarkan dan mengajak masyarakat melakukan gerakan olah sampah dari rumah. Sampah anorganik dibawa ke bank sampah terdekat dan sampah organik dikelola di rumah tangga masing-masing. Metode yang paling sederhana untuk mengolah sampah organik adalah biopori.

“Metode yang paling sederhana dan secara estetika bagus itu memakai biopori reguler. Harapannya tiap rumah tangga memiliki dua biopori, sehingga kalau satu penuh, tinggal diisi satunya. Itu bisa dimanfaatkan sampai tiga hingga enam bulan dan hasilnya kompos organik,” tambah Sri Martini.

Peringatan HPSN Kota Yogyakarta tahun 2024 juga dimeriahkan dengan pentas seni, musik, tari dan drama serta flashmob dari Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta. Termasuk fesyen show kreasi daur ulang sampah dari para pelajar serta pameran produk daur ulang sampah dari bank sampah. Selain itu, penyerahan tropi dan hadiah lomba rangkaian peringatan HPSN Kota Yogyakarta 2024 yakni lomba cerdas cermat lingkungan, mewarnai, fesyen show daur ulang sampah dan lomba yel-yel para pelajar SD-SMP di Kota Yogyakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *