Perlu Pendekatan Integratif Untuk Cegah & Atasi Wabah Zoonosis
Yogyakarta, suarapasar.com : Tekanan populasi, deforestasi, intensifikasi pertanian, perdagangan global hewan liar, dan konsumsi daging secara berlebihan berdampak pada permasalahan kesehatan yang semakin kompleks salah satunya wabah zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Sekda DIY Beny Suharsono menjelaskan jika perilaku yang dianggap penyebab tersebut terus berlanjut, maka potensi wabah zoonosis akan semakin besar.
Beny mengatakan, pola penyebaran dan penularan wabah zoonosis belum sepenuhnya diketahui. Oleh karenanya, perlu ada perhatian besar terhadap permasalahan ini.
“Kemarin di Gunungkidul terjadi kasus antraks, yang telah merenggut korban jiwa dan puluhan warga menjadi suspek antraks. Kejadian ini menjadi peringatan bagi kita semua akan pentingnya pencegahan dan pengendalian zoonosis,” ujar Beny, pada pembukaan Rakor Tim Koordinasi Daerah Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru DIY, di Horison Ultima Riss Malioboro, Yogyakarta, Rabu (25/10/2023).
Menurut Beny, pencegahan dan penanggulangan wabah zoonosis diperlukan penguatan koordinasi struktural antara pusat dan daerah, serta kolaborasi dari berbagai pihak. Menghadapi kompleksitas zoonosis, dibutuhkan pendekatan terintegratif pada hubungan antara manusia, hewan, peternakan, satwa liar, dan lingkungan sosial serta ekologinya.
Hal inilah yang membuat Beny menyambut baik terhadap kerjasama dengan AIHSP dalam hal pencegahan dan pengendalian zoonosis dan penyakit infeksius baru. Sejak 28 September 2021, DIY telah menetapkan program AIHSP melalui Keputusan Gubernur Nomor 227/TIM/2021 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan AIHSP DIY.
Beny berharap, hasil pertemuan ini mampu menghasilkan susunan Raker Tahunan Tim Koordinasi Daerah Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru DIY. Juga mampu mengidentifikasi sumber penganggaran kegiatan dan mendiskusikan skema keberlanjutan untuk Tim Koordinasi Daerah Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru DIY.
Koordinator AISHP Wilayah DIY Novia Purnamasari, mengatakan, interaksi antara hewan dan manusia dapat menimbulkan masalah kesehatan zoonosis, baik yang bersifat emerging maupun re-emerging. Masalah kesehatan ini sangat serius dan membutuhkan respon cepat agar tidak berkembang menjadi wabah.
Interaksi antara hewan dan manusia dapat menimbulkan masalah dalam kesehatan masyarakat yang dikenal dengan istilah zoonosis baik yang bersifat emerging maupun reenergi hal ini merupakan masalah kesehatan yang serius dari sisi kesehatan hewan dan manusia yang memerlukan infeksi dan respon cepat agar tidak berkembang menjadi wabah.
“Kami telah memilih Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulon Progo sebagai kabupaten area kerja. Pemilihan Kabupaten ini telah melalui proses konsultasi antara AIHSP dan Pemda DIY untuk mencegah zoonosis. Kasus antraks yang sempat terjadi di Gunungkidul beberapa waktu menjadi alasan mengapa kami memilih kabupaten tersebut,” ujar Novia.
Rakor ini menurut Novia merupakan bagian dari upaya mengimplementasikan konsep penanggulangan zoonosis yang melibatkan multisektor. Penyakit infeksi zoonosis memerlukan tindakan teknis yang didukung oleh Forkopimda. DIY sendiri telah menyiapkan dukungan sumber daya dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksius baru dengan melibatkan multi sektor.
“Pengendalian Zoonosis dan penyakit infeksius DIY telah didukung oleh sektor kesehatan masyarakat, sektor kesehatan hewan, sektor kesehatan lingkungan hidup, TNI, perguruan tinggi, jurnalis, sektor swasta, dan lainnya,” tutur Novia.
Novia berharap, rapat koordinasi ini menghasilkan rencana kerja tahunan dan bisa mengidentifikasi sumber penganggaran kegiatan tim koordinasi DIY. Juga mampu menghasilkan skema keberatan untuk Tim Koordinasi Daerah Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan penyakit infeksius baru untuk DIY.