Petani Clapar Hargowilis Selamatkan Ratusan Tanaman Durian Dengan Infus Tanaman Pakai Galon Bekas

Petani Clapar Hargowilis Selamatkan Ratusan Tanaman Durian Dengan Infus Tanaman Pakai Galon Bekas

Kulon Progo : Musim kemarau yang sudah terjadi saat ini membuat para petani terutama di daerah kering harus berinovasi agar tanamannya tetap tumbuh subur dan tidak mati karena kekurangan air.

 

Seperti halnya yang dilakukan para petani di kawasan Clapar, Hargowilis, Kokap, Kulon Progo.

 

Sutardi, warga Clapar 2, Hargowilis sudah berulang kali menggunakan metode infus tanaman untuk penyelamatan tanaman di lahan kering dengan keberhasilan 98 persen.

 

“Awalnya kan kalau kemarau itu tanaman mati, kemudian ada menemukan teknik infus tanaman pakai galon. Saya sudah berulang kali menggunakan cara ini untuk penyelamatan tanaman di daerah kering,” kata Sutardi kepada suarapasar.com, Kamis, (21/9/2023).

 

Pada musim kemarau ini Sutardi menerapkan sistem infus tanaman menggunakan galon bekas air mineral untuk menyelamatkan tanaman durian, pete, dan alpukatnya.

 

“Tdk hujan dua bulan bisa menulainya shg bisa diinfus kalau saya tanaman durian 100 batang pete 40 batang alpukat 60 batang infus pakai galon le mineral. Galonnya saya beli dari tukang rongsok di penampungan itu 2 ribu rupiah satunya,” jelasnya.

 

Sutardi pun menceritakan cara pembuatan infus tanaman menggunakan galon bekas yang cukup mudah. Hanya bermodal galon bekas, tidak perlu memakai benang, kapas, atau pun sejenisnya.

“Kita lubang di bawah pakai paku kecil. kita isi air. Nah tutup galonnya kita pakai untuk mengatur besarnya tetes air. Jadi kalau tutup galonnya kenceng kuat ya air mati, kalau dikendorin, dilonggarkan tutupnya air akan menetes,” tutur Sutardi.

 

Sistem infus tanaman ini memiliki banyak keuntungan. Selain menyelamatkan tanaman tetap hidup, efisiensi waktu, biaya dan tenaga karena tidak perlu menyiram tanaman setiap hari dan cukup mengisi air di galon seminggu sekali.

 

“Galon 15 liter itu bisa satu minggu, baru nanti diisi ulang pakai jerigen. Tanaman durian, pete, alpukat kan tidak membutuhkan banyak air. Yang penting menetes terus sehingga tanaman itu prosentase hidupnya 98 persen karena air terus mengalir dari galon.

 

Keuntungan yang tidak kalah penting untuk keberlangsungan kelestarian alam menurut Sutardi adalah hemat air. dan tenaga serta yang tidak kalah penting adalah hemat air.

 

“Tidak butuh air banyak yang penting teles, basah bisa bertahan hidup. Dengan diinfus pakai galon air menetes terus ini jelas akarnya tetap basah, kebasahan tanah tetap terjaga, tanah selalu lembab, jadi tanamannya bisa bertahan hidup,” terangnya.

 

Sutardi juga mengingatkan masyarakat yang hendak menerapkan infus tanaman sebaiknya menggunakan air dari mata air atau dari sungai, dan bukan dengan air dari perusahaan air minum (PAM) karena air dari pam sudah melalui pengolahan menggunakan obat.

 

“Kita galon 15 liter itu airnya untuk seminggu. Dan kita isi ulang lagi kasih air lagi air sungai pakai jerigen bawanya. Ini jadi memang airnya sebaiknya air tawar, air sungai atau air dari mata air, bukan air dari pam. Kalau air pam itu memang bisa menyambung hidup tapi tidak subur karena ada kaporitnya,” tuturnya.

 

Menurut Sutardi, jika terpaksa menggunakan air pam, maka harus dilakukan penanganan khusus terlebih dulu, diendapkan sehari semalam dan diberi pupuk terlebih dahulu, baru kemudian digunakan untuk mengisi galon infus tanaman.

“Kalau air PAM itu hanya menyambung hidup tapi tidak subur karena ada kaporitnya. Kalau pakai air PAM itu airnya harus ditaruh tanah dulu sehari semalam pakai penampungan, kemudian dikasih pupuk baru airnya itu untuk ditaruh di galon-galon infus. Tapi kalau saya tidak pakai itu. Saya tetap pakai air sungai terus kita isikan ke galon setiap seminggu sekali, bahkan ada yang lebih tergantung daya serapnya,” jelasnya. (wur/prg)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *