Prasasti Bedol Desa Wujud Penghargaan 30 Tahun Keikhlasan Masyarakat Sermo
Kulon Progo (15/01/2024) – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan Prasasti Bedol Desa, sebagai penanda dan penghargaan atas kerelaan masyarakat bertransmigrasi terkait pembangunan Waduk Sermo, di Waduk Sermo, Hargowilis, Kokap, Kulon Progo, Senin, (15/01/2024)
Dalam sambutannya, Sri Sultan mengatakan, prasasti ini dibuat sebagai penghargaan atas 102 warga yang pada tahun 1994 rela meninggalkan tanah kelahiran demi mendukung kemakmuran masyarakat Kulon Progo.
“Prasasti ini menjadi kenangan bahwa biar bagaimanapun mereka tetap warga DIY. Sebetulnya sudah terlalu lama, tapi ini upaya kita mengenang kembali pengorbanan mereka, kita bangun. Sekaligus memenuhi aspirasi mereka yang sudah ada di sana, sebagai kenangan bahwa mereka warga sini juga,” jelas Sri Sultan.
Seperti diketahui, Waduk Sermo dibangun sebagai sumber irigasi. Lebih lanjut waduk ini juga mampu menyokong sektor pertanian, peternakan, perikanan, potensi pariwisata, serta salah satu tempat resapan air.
Dalam kesempatan yang sama, Sri Sultan juga mengatakan, sedang mengupayakan pembangunan dari sektor infrastruktur jalan untuk membangun Kulon Progo.
“Kami kesini tujuan utamanya juga untuk rapat, membahas mengenai pembangunan sinkronisasi antara provinsi dan kabupaten dalam pengembangan infrastruktur dan pariwisata. Karena bagi saya, nanti kalo jalan tol sudah ada, juga Temon – Borobudur non tol sudah jadi, Jateng – Purworejo – Cilacap juga sudah sambung, maka semua akan lebih mudah,” ungkap Sri Sultan.
Umar Sanusi, Tokoh Masyarakat Kulon Progo mengatakan, Kalibawang, Waduk Sermo, dan YIA merupakan hadiah sangat luar biasa dari DIY. Sejak pemerintahan Hamengku Buwono IX, ternyata hal ini sudah dirancang akan terwujud, dan dibuktikan dengan fakta lapangan saat ini.
Waduk sermo sendiri menurut Sanusi meninggalkan kenangan yang teramat dalam dan juga sebagai wujud dari keikhlasan warga di sekitar. Warga Hargowilis rela, ikhlas dan sadar melakukan bedol desa, bertransmigrasi ke daerah Sumatera. Sebagai bentuk keikhlasan dan rasa cinta terhadap kulon Progo maka padukuhan di Sumatera tempat mereka bertransmigrasi juga dinamakan Hargowilis.
“Mereka rela pergi bertransmigrasi untuk kemakmuran masyarakat kulon Progo secara luas. Tentunya mereka cukup puas melihat waduk sermo mampu mencetak sawah baru, pertanian, peternakan serta menyediakan air minum dan potensi wisata juga mengendalikan banjir,” tutur Umar Sanusi.
Umar Sanusi memaparkan masyarakat yang melakukan transmigrasi ini juga merasa beruntung karena mendapat kehidupan baru.
“Selain itu mereka juga difasilitasi untuk tilik Kampung kembali ke Hargowilis Kulon Progo yang sudah ditinggalkan berpuluh-puluh tahun. Sejumlah 150 orang diberangkatkan secara gratis melalui Dana Keistimewaan untuk bertandang ke Kulon Progo. Melihat bagaimana berkembangnya kawasan Waduk Sermo, menjadi kepuasan dan keharusan tersendiri bagi masyarakat tersebut,” urai Umar.