Sri Sultan : Dialog Budaya Dengan Masyarakat Diharapkan Dapat Paham Mayoritas dan Minoritas

Sri Sultan : Dialog Budaya Dengan Masyarakat Diharapkan Dapat Paham Mayoritas dan Minoritas

Sleman, suarapasar.com – Semboyan Bhinneka Tungga Ika harus menjadi perekat persatuan dan kesatuan bagi NKRI, bukan sebaliknya. Semboyan tersebut wajib menghilangkan berbagai permasalahan yang mengancam integritas bangsa seperti separatis dan rasa superioritas kelompok mayoritas terhadap minoritas.

 

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan hal demikian dalam acara Jagongan Manuk Padha Muni XXXIV di Limitless Café, Corongan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Event yang digelar alumni Kolese De Britto & alumnus Seminari Mertoyudan ini, dalam rangka memperingati HUT Kolese De Britto ke-75 dan HUT Ke 78 Kemerdekaan RI.

 

“Tidak boleh ada hal yang mengancam integritas lagi. Semua harus melebur dalam kebersamaan dan toleransi. Karena itu kita sering adakan dialog. Musyawarah dan mufakat menjadi kearifan lokal kita. Harapan saya justru mayoritas melindungi yang kecil bukan sebaliknya. Masalah seperti ini semestinya sudah tuntas,” tutur Sri Sultan pada acara yang bertema topik “Cakrawala Kebangsaan” ini.

 

Secara tegas Sri Sultan menekankan, dalam menghadapi konstelasi gerakan separatis, keputusan DIY menjadi bagian dari RI tidak dapat diganggu gugat. Sebagai daerah yang menyandang predikat Kota Pelajar, Sri Sultan pun berharap, para pendatang dari luar daerah DIY dengan beragam latar belakang suku dan etnis dapat membawa manfaat dan menyesuaikan diri dengan baik dengan masyarakat sekitar. Membangun dialog bersama, sehingga masing-masing pihak dapat hidup harmonis karena saling mengenal dan menghargai budaya satu sama lain.

 

“Harapan saya pendatang itu juga membawa manfaat karena akan tumbuh dialog-dialog budaya, transformasi budaya, menjadi masyarakat yang inovatif dan kreatif. Saya juga berharap, suasana belajar bagi masyarakat pendatang dan sebagainya itu yang datang ke sini bisa menyesuaikan diri. Jangan hanya tinggal di asrama tapi juga bisa berdialog dengan masyarakat lokal khususnya dan masyarakat dari daerah lain,” terang Sri Sultan.

 

Kepada masyarakat DIY, Sri Sultan juga berharap agar masyarakat dapat merangkul dan menggagap dirinya sebagai orang tua pengganti bagi para pelajar pendatang yang menempuh pendidikan di Jogja.

 

“Berdasarkan pengalaman, latar belakang dari masalah yang kerap dilakukan oleh para pelajar pendatang di DIY yaitu kurangnya perhatian dari orang tua mereka yang sibuk sehingga jarang berkomunikasi dengan anaknya masing-masing,” tutur Sri Sultan.

 

Sementara itu, Dosen Universitas Pertahanan RI Mayjen TNI Dr. G. Henu Basworo secara khusus menekankan kepada generasi muda agar tidak melupakan sejarah yang meliputi karakter bangsa. Di mana tercermin karakter seperti kejuangan, keuletan, tidak mudah menyerah yang senantiasa diperlukan untuk membangun bangsa.

 

“Jadi mengenal sejarah. Ini penting sekali. Kepada adik-adik kita, anak-anak kita, kita terus tumbuhkan itu. Jangan lupa dalam era gobalisasi dengan teknologi yang semakin canggih, tetap kita harus mengangkat kebangsaan, kejuangan di diri masing-masing. Ini penting sekali walaupun anak-anak zaman sekarang sudah IT semua tapi itu tidak boleh ditinggalkan,” ungkap Henu.(wds,prg)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *