Sri Sultan Hamengku Buwono X Imbau Mahasiswa Tak Kecewakan Ortu

Yogyakarta, suarapasar.com : Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menghimbau para mahasiswa agar tidak mengecewakan orang tua, atas kesempatan berkuliah di DIY. Setidaknya, tanggungjawab menyelesaikan pendidikan harus selesai, dan mampu berpartisipasi dalam menciptakan suasana DIY kondusif, dengan toleransi dan saling menghargai.

 

Hal ini disampaikan Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Gelar Kebudayaan Rakyat, di Sasana Hinggil, Yogyakarta, Jumat (17/11/2023).

 

Acara ini digelar dalam rangka pahargyan 80 tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X, oleh Keluarga Besar Lintas Asrama Mahasiswa Nusantara di DIY.

 

Para pelajar dan mahasiswa yang datang ke DIY diwajibkan untuk benar-benar mampu menghargai kesempatan yang di dapat. Mengingat, kesempatan mengenyam pendidikan tinggi tidak didapat oleh semua orang. Sehingga mereka harus bersungguh-sungguh dan mampu menyelesaikan pendidikannya dengan baik, tanpa terlibat pergaulan yang salah.

 

“Mahasiswa, jangan kecewakan orang tua kalian. Saya berpesan, datang ke Jogja untuk melaksanakan kewajiban sesuai harapan orang tua yang membiayai untuk menyelesaikan pendidikan setinggi-tingginya. Syukur punya kemampuan bisa S2 maupun S3 di sini,” kata Sri Sultan mewanti-wanti.

 

DIY sendiri menurut Gubernur DIY tersebut selalu siap menerima anak-anak muda dari penjuru Indonesia untuk menimba ilmu, tanpa memandang agama, ras, suku dan golongan. Sebagai anak bangsa, mereka berhak untuk berada di seluruh belahan Indonesia, tanpa terkecuali.

 

Sri Sultan mengungkapkan, ketika berada di DIY mahasiswa yang datang dari berbagai daerah tidak perlu menjadi orang Jawa. Cukup menjaga identitas asli, namun memiliki pemahaman mengenai tempat dimana mereka berada, yaitu Yogyakarta.

 

“Mayoritas pendatang dari luar Jogja mungkin mau belajar bahasa Jawa karena mengenyam pendidikan di sini. Tidak ada masalah tapi jangan jadi orang Jawa, karena anda orang Aceh, Minangkabau, Bali, Papua dan dari manapun sukunya, dijamin oleh konstitusi,” tekan Sri Sultan.

 

Mereka menurut Sri Sultan, wajib membangun komunikasi dengan anak bangsa lain yang berbeda agama, suku, bahasa dan sebagainya. Kesempatan bertemu dengan saudara-saudara dari penjuru Indonesia ini hendaknya dimanfaatkan dengan baik. Tidak hanya dengan sesama asrama, namun juga  dengan etnik-etik yang di luar asrama, maupun dengan masyarakat lokal.

 

“Komunikasi itu diperlukan agar terbangun komunitas yang baik, sehingga anda semua yang ada di sini bisa membangun komunitas-komunitas tanpa mempertanyakan asal, usul, agama, ras dan golongan,” ungkap Sri Sultan.

 

Kekayaan budaya sejak awal dibangunnya Indonesia adalah kemajemukan. Perbedaan-perbedaan yang ada adalah nilai positif yang membuat Indonesia indah karena keberagamannya, serta mampu saling mengisi. Diperlukan kesadaran untuk menghargai orang, budaya, agama dan sebagainya yang tidak sama dengan yang dimiliki seseorang. Kondisi ini menurut Sri Sultan akan untuk memberikan kontribusi masa depan cerah bagi bangsa. Karena masa depan, ada di tangan generasi muda.

 

“Perlu dipahami juga untuk yang tinggal di sini agar mampu membaur dan menghargai. Perlu tahu tradisi dan budaya, juga bahasa. Namun yang diingat, wajib saling menghargai dengan semua kekurangan dan kelebihan, tidak perlu diperbandingkan karena bukan kontes antar suku. Itu semua adalah bagian dari budaya bangsa sendiri,” tekan Sri Sultan.

 

Acara ini semakin meriah dengan ditampilkannya berbagai kesenian daerah dari seluruh penjuru Indonesia. Madura, Bali, Jawa Barat, dan mahasiswa perwakilan asrama berbagai daerah di DIY menampilkan suguhan apik tersebut. Acara juga dihadiri oleh DPRD DIY dan jajaran pimpinan Forkopimda di DIY, keluarga Keraton Yogyakarta, kepala OPD, dan tentunya para mahasiswa.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *