Teater Koma Sukses Pentaskan Lakon “Bisul Semar”, Soroti Nasib Petani
Suarapasar.com , Yogyakarta : Teater Koma sukses pentaskan lakon “Bisul Semar” yang ditulis dan disutradarai oleh Budi Ros di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY) Rabu (04/10/2023) lalu dalam Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2023 “Kembul Mumbul”.
Lewat tema khusus ‘Ketahanan Pangan’, Teater Koma membawakan ‘Bisul Semar’ yang ditulis dan disutradarai oleh Budi Ros. ‘Bisul Semar’ merupakan produksi ketiga bagi Teater Koma yang dipentaskan di Yogyakarta. Pertunjukan ini juga merupakan naskah dan pementasan pertama setelah berpulangnya Nano Riantiarno, membuatnya menjadi penampilan perdana Teater Koma dengan jajaran staf produksi yang baru.
” Terimakasih atas partisipasi Teater Koma yang jauh-jauh datang ke DIY ikut menyemarakan FKY 2023. Setelah 34 tahun hingga saat ini, FKY telah melahirkan seniman-seniman unggulan, komunitas-komunitas progresif dan festival-festival baru yang menjadikan kehidupan presentasi capaian kebudayaan DIY yang bermetamorfosis secara bertahap,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi.
Dian menyampaikan pihaknya bersama Tim Steering Committe memiliki gambaran merebranding FKY menjadi hilir dari berbagai kerja budaya di DIY. Dengan mengusung tema Ketahanan Pangan yang dikemas dalam tajuk Kembul Mumbul, lahir banyak program yang menangkap aktivitas aktivitas pangan di masyarakat. Salah satunya pementasan Teater Koma dengan lakon Bisul Semar yang seirama dengan giat FKY akan menarasikan pada kita suatu fenomena krisis kesadaran pangan berwujud pertunjukan teater.
” Suatu kehormatan besar bagi kami dan kesempatan hari ini merupakan suatu peristiwa yang istimewa, seistimewa Yogyakarta. Dengan menyaksikan sajian Teater Koma, kita akaan bersama-sana turut belajar dari hasil pertunjukan sosok sosok maestro tentang pembacaan keadaan sosial melalui cermin karya seni,” tandasnya.
Teater Koma merupakan kelompok teater asal Jakarta yang berdiri pada tahun 1977. Teater Koma dikenal dengan produksi teaternya yang sering mengangkat kritik terhadap lingkungan sosial dan politik yang dihidupi masyarakat sehari-hari.
Sepertidikutip dari rilis fky.id, Malam itu lakon dimulai dengan Semar (Budi Ros) yang mengeluh kesakitan karena bisul yang tumbuh di kepalanya. Lantas keluarga punakawan, yaitu sang istri Sutiragen (Rita Matumona) dan anak-anaknya, Petruk (Dana Hassan), Bagong (Nino Bukir) dan Gareng (Zulfi Ramdoni) mencari penyebab dan jalan penyembuhan bisul Semar. Salah satu caranya adalah dengan mendatangkan Dokter Srimul (Sekar Dewantari). Namun, ternyata tidak membantu banyak. Bisul Semar terus bertahan hingga akhir lakon dan belum tampak kesembuhannya di depan.
Semar adalah representasi petani di Indonesia yang dihinggapi bisul di kepalanya berkat ketahanan pangan yang tidak kunjung terwujud dari era ke era. Semar resah mengutuk kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. Pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang mendorong petani untuk mewujudkan ketahanan pangan, tetapi kerja keras itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali ironi dan penderitaan yang menyiksa masyarakat luas dan bahkan petani itu sendiri.
Luas lahan pertanian menyusut, beras sebagai pangan pokok masih impor, petani yang memperjuangkan ketahanan pangan malah kekurangan pangan hingga soal tidak amanahnya beberapa para pemegang kepentingan dibahas dalam permainan keluarga punakawan yang sedang kesakitan itu. Ketahanan pangan yang diharap-harapkan berbalik menjadi krisis pangan berkepanjangan.
Dikemas dengan pertunjukan yang atraktif dengan keaktoran yang mumpuni, pertunjukan malam itu mampu menyihir penonton hingga akhir. Tampak hingga pertunjukan berakhir tidak beranjak dari tempat duduk mereka.
Selepas pertunjukan berakhir lalu dilanjutkan dengan diskusi oleh tiga narasumber; Budi Ros sebagai sutradara, Ratna Riantiarno sebagai pimpinan Teater Koma, dan sesepuh teater Yogyakarta Butet Kartaredjasa. Dipandu oleh Koes Yuliadi sebagai moderator mereka mendiskusikan bagaimana geliat pertunjukan teater di Indonesia.
“Bisul Semar” sendiri merupakan produksi pertunjukan lanjutan dari seri punakawan yang sebelumnya telah digarap Teater Koma sebelumnya semasa pandemi Covid-19. Seri-seri sebelumnya dapat ditonton melalui kanal Youtube Teater Koma, antara lain “Wabah”, “Korupsi”, dan “Baliho”.