Terima Audiensi Sapta Dharma, Paku Alam X Ingatkan Pentingnya Soft Skill Etika, Empati, Saling Menghormati

Sanggar Sapta Dharma DIY Jadi Pusat Kerohanian Penghayat

 

Yogyakarta, suarapasar.com : Mendidik generasi muda yang penuh empati menjadi kewajiban bagi setiap generasi, tanpa kecuali. Intelektualitas wajib dibarengi dengan kecerdasan spiritual, agar martabat luhur bangsa serta etika yang baik tetap terjaga.

 

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam, pada saat menerima kunjungan Sanggar Sapta Dharma DIY pada Selasa (23/07) di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa, (23/07/2024).

 

Generasi muda penghayat milik Sanggar Sapta Dharma juga wajib dibekali dengan softskill, terutama anak-anak.

 

“Anak-anak terbiasa bicara dengan ibu jari (gadget) sehingga rasanya terkadang tidak dipakai. Anak muda ini wajib diajarkan juga supaya memiliki empati, empati disini bersifat universal tidak hanya untuk empati terhadap penghormatan adat Jawa,” kata Paku Alam X.

 

Kepada anggota Tuntunan Agung Sanggar Sapta Dharma DIY, Paku Alam menyampaikan bahwa apapun agama dan keyakinan yang dipegang, tidak boleh melupakan unsur etika, empati, dan saling menghormati.

 

“Saya titip saja, bagaimana semuanya diberi pemahaman, terutama kepada anak-anak untuk dapat meningkatkan kualitas diri. Jangan menjadi otoriter, dan tetap budaya dan adat istiadat tetap dijaga,” tambahnya.

 

Diketahui, pada Desember 2024 mendatang, Sanggar Sapta Darma akan mendapatkan Surat Keterangan (SK) dari Kementerian ATRBPN terkait pensertifikatan aset-aset hak milik di Sapta Dharma seluruh Indonesia. Oleh karena itu, Sanggar Sapta Darma berniat untuk membuat prasasti bertandatangan Sri Paduka. Selain sebagai wakil gubernur dan penggiat budaya, Sri Paduka juga dikenal sebagai sosok yang toleran dan demokratis.

 

Sekretaris Pusat Sanggar Sapta Dharma DIY, Suharto menyampaikan bahwa sudah ada perkembangan dan pertumbuhan yang bagus serta signifikan terhadap Penghayat di DIY. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pemerintah, yang memberikan ruang untuk menampilkan golongan agama dan kepercayaan agama di Indonesia.

 

“Kami juga mendapatkan hak untuk merilis kepercayaan kami, sehingga jadi kami lebih percaya diri untuk menunjukan siapa kami sebenarnya,” kata Suharto.

 

Suharto menyebut, sertifikat yang menjadi hak milik tersebut, memberikan kenyamanan dalam melakukan ibadah dan mendukung selaras dengan program Pemerintah Pusat untuk pembinaan mental spiritual masyarakat.  Hal ini akan berimbas baik khususnya untuk masyarakat lain di DIY dan masyarakat umum di Indonesia.

 

“Kami sangat lega kami mempunyai aset yang sudah benar-benar menjadi milik kami, tidak lagi hanya hak guna bangunan,” sebut Suharto.

 

Sanggar Sapta Dharma DIY memiliki 3 lembaga, yaitu Lembaga Tuntunan, kemudian Lembaga Persada, dan Lembaga Yayasan. Lembaga Tuntunan sebagai lembaga pelatihan mental, kemudian Lembaga Persada sebagai lembaga pemerintahan atau tim eksternal, Lembaga yayasan sebagai lembaga yang mendanai Sanggar Sapta Dharma DIY.

 

DIY menurut Suharto, menjadi pusat Sanggar Sapta Dharma. Terhitung, sudah 4 kali kegiatan terselenggara dalam 1 tahun yang dihadiri oleh perwakilan 11 Provinsi.

 

“Sejauh ini dukungan dari pemerintah sudah sangat baik dan saya berterima kasih kepada Pemerintah DIY sudah support kegiatan kami di Surokarsan,” tutup Suharto.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *