Cegah Penularan Leptospirosis & Sejumlah Penyakit Lain Saat Musim Hujan, Masyarakat Diminta Terus Terapkan PHBS
Yogyakarta, suarapasar.com : Dinas Kesehatan DIY mengimbau masyarakat terus menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, drg Pembajun Setyaningastutie, MKes kepada Reporter Radio Suara Pasar mengatakan langkah ini penting untuk mencegah berbagai jenis penyakit yang mungkin timbul, terutama pada musim hujan seperti sekarang rawan terjadinya penyakit leptospirosis, diare, inspeksi saluran pernapasan dan penyakit kulit.
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira dari kencing tikus itu lebih mudah tersebar lewat aliran air maupun genangan saat hujan.
Diare, ispa, penyakit kulit rawan terjadi ketika kondisi lingkungan dan sanitasi yang buruk.
“Untuk itu masyarakat diharapkan waspada dengan mencegah penyakit Leptospirosis dan juga diare. Caranya yaitu dengan terus menerapkan pola bersih hidup dan sehat. Membersihkan lingkungan sekitar, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, makannya juga harus cukup gizi yang seimbang. Tidak bosan-bosannya kita mengingatkan, PHBS itu kunci,” tegas drg Pembajun Setyaning Astutie , Mkes usai pertemuan dengan Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, di Kepatihan Yogyakarta, Kamis, (1/2/2024).
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah mengatakan beberapa penyakit yang muncul pada musim hujan seperti Leptospirosis, diare, demam berdarah, flu dan penyakit kulit selalu menjadi perhatian Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta di musim hujan.
Himbauan terkait kewaspadaan dan pencegahan penyakit Leptospirosis sudah disampaikan ke masyarakat.
“Penyakit seperti Leptospirosis selalu menjadi perhatian Dinas Kesehatan saat masuk musim penghujan. Sudah kita sampaikan himbauan kepada masyarakat, ” kata Lana.
Lana menjelaskan Leptospirosis bisa menular secara langsung melalui darah, urine atau cairan tubuh lain yang mengandung bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh dan penularan langsung dari hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira ke manusia. Sedangkan penularan secara tidak langsung melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urine dari hewan terinfeksi Leptospirosis.
“Bisa ditularkan melalui kencing tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Bakteri masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan genangan air sungai, selokan, lumpur yang tercemar kencing tikus,” terangnya.
Lana menuturkan masa inkubasi Leptospirosis biasanya rata- rata 7 – 10 hari. Gejala-gejala tubuh yang terinfeksi Leptospirosis berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot, khususnya di daerah betis, paha, mata kuning dan tidak kencing sampai 6 jam setelah 2-5 hari sebelumnya. Jika mengalami gejala-gejala itu dan melakukan pekerjaan yang berisiko terpapar urine tikus diharapkan segera memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan atau puskesmas terdekat.
Kota Yogyakarta memiliki riwayat adanya penyakit Leptospirosis setiap tahun. Dia menyebut selama tahun 2023 total ada 23 kasus Leptospirosis di Kota Yogyakarta. Dari kasus Leptospirosis itu tidak ada yang sampai meninggal dunia.
“Kasusnya tersebar merata di wilayah Kota Yogyakarta dan tidak ada yang meninggal,” ujar Lana.
Meski demikian masyarakat diharapkan tetap mencegah Leptospirosis yang lebih rentan tertular di musim hujan. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengimbau masyarakat untuk mengelola dan meminimalisir sampah yang bisa mengundang tikus, membersihkan dengan desinfektan bagian rumah yang diindikasi bekas kencing tikus, para pekerja yang terkait sampah dan beraktivitas di sawah, selokan agar menggunakan pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boot untuk menghindari paparan pada kulit. Jika ada luka di bagian tangan dan kaki agar diobati dan ditutupi dengan pelindung luka.
“Cuci tangan dan bersih-bersih setelah beraktivitas di tempat berisiko terjadinya penularan Leptospirosis. Prinsipnya melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),” tegas Lana. (Wds/drw)