Ubah Pola Pikir Masyarakat, Pemda DIY Gandeng UGM
Yogyakarta – Pemerintah Daerah (Pemda) DIY berencana menyusun konsep upaya mengubah pola pikir masyarakat DIY yang selama ini cenderung sebagai masyarakat agraris konvensional. Dalam hal ini, Pemda DIY menggandeng UGM utamanya Fakultas Filsafat untuk membuat konsep pengembangan literasinya.
UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., usai bertemu dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Jumat (08/03) di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta menuturkan, Sri Sultan meminta bantuan dan arahan pihak UGM terkait dengan pengembangan literasi bagaimana supaya masyarakat petani di DIY bisa mengubah pola pikirnya.
“Kami diminta mengembangkan konsep literasi yang bisa mengubah mindset para petani kita. Ini karena dunianya sekarang arahnya adalah industri, sehingga saya kira perlu perubahan perilaku, perubahan sikap atau bahkan perubahan kebiasaan dari para petani,” ungkapnya.
Ova menjelaskan, UGM melalui Fakultas Filsafat akan mencoba membuatkan konsep yang berkaitan dengan hal-hal yang paling dasar yang harus diubah dari pola pokir masyarakat agraris DIY. Karena dalam upaya untuk menjadi masyarakat maju, tidak hanya teknologinya saja yang perlu dikembangkan, tapi juga manusianya harus ikut berkembang.
“Pertemuan ini baru pertemuan pertama untuk membahas upaya mengubah mindset petani kita. Selanjutnya akan kita lihat hulu hilirnya dulu dan seperti apa ekosistem perubahan yang diinginkan. Setelah jadi nantinya pun akan didiskusikan kembali,” imbuhnya.
Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Siti Murtiningsih mengatakan, Sri Sultan menginginkan perubahan yang paling fundamental berkenaan dengan transisi pola pikir masyarakat agraria menuju industri. Di tengah perkembangan dunia industri yang tidak bisa dihindari seperti saat ini, seluruh pihak harus menyadari besarnya potensi sumber daya manusia yang ada.
“Kita punya modal besar, termasuk yang berkenaan dengan cara pandang dari yang paling dasar, cara pandang manusia DIY dalam menyikapi hidup. Dan petani merupakan representasi dari kita semua. Inilah sebenarnya fondasi berkelanjutan untuk transformasi masyarakat agraria menjadi industry,” imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono menegaskan, rencana Pemda DIY untuk mengubah pola pikir masyarakat DIY ini jangan diartikan sebagai rencana mengubah masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Yang perlu diubah adalah pola pikirnya, sehingga meski masih berprofesi sebagai petani, masyarakat DIY mampu mengembangkan pertaniannya lebih dari sekedar konsumtif saja.
“Pola pikir masyarakat DIY harus bertransisi dari agraria menjadi industrial. Pola pikir agraria itu lebih cenderung ke ‘dalam’, sedangkan industrial berarti kita berkeinginan untuk berpikir ‘keluar’, memenuhi kebutuhan sendiri dan mendapat keuntungan lebih dari usaha yang dilakukan,” jelasnya.
Beny menuturkan, untuk DIY misalnya, melalui program Lumbung Mataraman. Mayoritas masyarakat pelaku program Lumbung Mataraman menanam atau beternak sifatnya untuk konsumsi mereka sendiri. Ke depannya, masyarakat juga harus mampu meningkatkan kualitas agar dapat bersaing, dan hasil usaha mereka bisa menjadi komoditas.
“Itu semua tentu memerlukan mindset yang berubah. Hal inilah yang nanti akan didesain bersama-sama dengan UGM sebagai pihak yang mempunyai riset soal perubahan pola pikir dan sikap masyarakat. Semua ini arahnya tentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” imbuh Beny.